Oleh: Ita Khusnul Hidayah, S.Pd
Guru SDN 04 Taman, Kec. Taman, Kab. Pemalang
MATEMATIKA adalah salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit dibandingkan pelajaran yang lainnya. Tidak hanya peserta didik yang merasa kesulitan dalam pembelajaran matematika tetapi guru juga merasa kesulitan dengan model yang cocok di gunakan untuk pembelajaran matematika. Menurut Amir (2017), pelajaran matematika dianggap sulit karena peserta didik belum mengetahui cara penyelesaian permasalahan yang terdapat di dalam matematika.
dalam proses pembelajaran matematika kelas 1 sekolah dasar, apabila guru hanya sebatas menerangkan kemudian memberikan contoh penyelesaian dan siwa hanya sebatas mencatat apa yang disampaikan oleh guru, maka alhasil perolehan nilai mata pelajaran matematika sangatlah rendah. Dilihat dari perolehan nilai pelajaran matematika yang cukup rendah itu, bukan terletak pada materi yang cukup sulit untuk dipahami dan dimengerti. Tetapi bisa juga dari faktor guru yang kurang kreatif dalam memilih model pembelajan yang cocok untuk proses pembelajaran matematika.
Permasalahan semacam ini juga di hadapi oleh siswa kelas 1 SDN 04 Taman, pada materi Penjumlahan. Masalah bukan terletak pada materi saja yang sulit. Tetapi juga disebabkan oleh faktor guru yang selalu menggunakan metode ceramah. Sehingga di saat proses pembelajaran, siswa merasa kesulitan dan merasa bosan karena materi yang diajarkan atau disampaikan oleh guru kurang menarik minat belajar siswa dalam pembelajaran matematika. Kemudian akhirnya berdampak pada hasil belajar atau nilai siswa.
Untuk mengatasi permasalahan yang sudah di bahas dibagian atas, maka dari itu guru harus mengupayakan suatu pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan minat belajar siswa. Salah satunya dengan menggunakan pendekatan matematik realistik dalam pembelajaran materi Penjumlahan.
Menurut Soviawati, E. (2011), pembelajaran dengan menggunakan pendekatan matematik realistik dirancang berawal dari pemecahan suatu permasalah yang ada di sekitar peserta didik atau siswa dan berbasis pada pengetahuan yang telah mereka miliki. Sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemahaman pelajaran matematika pada siswa. Oleh karna itu, pembelajaran matematika perlu dikelola dengan cara memperhatikan konteks (penjumlahan) dengan pengalaman siswa sehari-hari. Misalnya pembelajaran matematika dilakukan dengan menggunakan benda-benda yang nyata atau mengaitkan kejadian-kejadian yang berasal dari penjumlahan yang terdapat pada pengalaman sehari-harinnya.
Dari kenyataan tersebut, maka pembelajaran matematika pada materi penjumlahan dapat dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan matematik realistik sebagai pemecah masalah yang dihadapi. Diharapkan dengan kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan sesuai prosedur nantinnya dapat mencapai hasil yang baik.
Teknis pelaksanaan pembelajaran realistik misalnya dengan cara guru memberikan contoh materi penjumlahan dengan mengkaitkan materi penjumlahan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti soal cerita “Di tangan kiri, Bu Ani membawa 5 sendok mainan dan kemudian tangan kanan Bu Ani membawa 6 sendok mainan. Berapakah jumlah keseluruan sendok mainan yang di pegang oleh Bu Ani? Mari kita hitung bersama-sama”.
Guru dapat menggunakan benda-benda yang ada di sekitar dan sering digunakan peserta didik sehari-hari. Untuk lebih menarik perhatian dan kecermatan perserta didik, guru bisa menggunakan benda-benda yang berwarna cerah serta benda-benda kesayangan masing-masing peserta didik.
Jika guru memberikan contoh dengan jelas kepada siswa serta menggunakan media hitung benda-benda realistik yang ada disekitar peserta didik, maka akan meningkatkan minat dan keaktifan peserta didik dalam pembelajaran. Hal ini tentu akan meningkatkan hasil pembelajaran matematika materi Penjumlahan. Siswa juga tidak merasa bosan dengan penyampaian guru dikarenakan menggunakan pendekatan matematik realistik. Selain membuat siswa paham terhadap materi, siswa pun mendapatkan nilai yang cukup sempurna dibandingkan dengan hasil belajar yang belum menggunakan pendekatan matematik realistik. Selamat mencoba! (*)