Meningkatkan Kompetensi Guru dengan model Pembelajaran Problem Based Learning

Oleh: Sri Lestari, S.Pd.SD
Guru SDN 01 Payung, Kec. Bodeh, Kab. Pemalang

DALAM proses belajar mengajar, penguasaan seorang guru dan cara menyampaikan merupakan syarat yang sangat hakiki. Penguasaan guru terhadap materi pelajaran dan pengelolaan kelas sangatlah penting, namun demikian belum cukup untuk menghasilkan pembelajaran yang optimal. Selain menguasai materi, seorang guru hendaknya menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi. Kemudian memahami teori–teori belajar agar mampu mengarahkan peserta didik berpartisipasi secara intelektual dalam belajar.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No.16 Tahun 2007 tentang standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru menyebutkan bahwa memahami teori-teori dan prinsip–prinsip dalam pembelajaran merupakan salah satu unsur pedagogik yang harus dimiliki oleh seorang guru. Berhasil dan tidaknya suatu pembelajaran tergantung dari kemampuan seorang guru mengelola dan merancang suatu proses belajar mengajar yang akan dilaksanakan.

Baca juga:  Pembelajaran Diferensiasi dengan Bu Pop Meningkatkan Pemahaman Siswa Materi Pubertas

Penggunaan model pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran akan sangat mempengaruhi suksesnya pembelajaran itu sendiri. Perlu diketahui pembelajaran terhadap siswa agar tidak monoton memerlukan adanya kreativitas dalam penyampaian materi dengan memilih model pembelajaran yang tepat.

Pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) merupakan model pembelajaran yang menggunakan masalah nyata sehari–hari yang bersifat terbuka untuk diselesaikan oleh peserta didik. Yakni dalam rangka mengembangkan keterampilan berpikir, menyelesaikan masalah, keterampilan sosial, belajar mandiri, dan membangun atau memperoleh pengetahuan baru. Pemilihan masalah nyata tersebut dilakukan atas pertimbangan kesesuaiannya dengan pencapaian kompetensi dasar.

Sebagai contoh, pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran matematika misalnya dalam soal sebagai berikut. Dalam sebuah kebakaran rumah seorang korban harus diselamatkan melaluli pintu jendela yang tingginya 4 m dengan menggunakan tangga. Dengan mempertimbangkan keselamatan korban tangga tersebut harus ditempatkan minimal 1 m dari dasar bangunan. Berapa panjang tangga yang mungkin digunakan?

Baca juga:  Relevansi Peran Guru PAI Sekolah Dasar di Era Artificial Intelligence

Dengan menggunakan soal yang membutuhkan penalaran dari permasalahan-permasalahan nyata, peserta didik akan bisa mengembangkan keterampilan berpikir dalam menyelesaikan masalah yang akan dihubungkan dengan penalarannya. Sehingga tanpa disadari, peserta didik telah memperoleh sebuah pengalaman baru dalam belajar.

Dalam model pembelajaran ini ada beberapa prinsip-prinsip yang harus diterapkan. Antara lain menggunakan masalah yang nyata, berpusat pada peserta didik, guru hanya berperan sebagai fasilitator. Kemudian adanya kolaborasi antar peserta didik, serta guru membimbing peserta didik untuk aktif memperoleh pengetahuanya sendiri.

Secara umum, kegiatan pembelajaran terdiri atas tiga tahap yaitu pembukaan, isi dan penutup. Berikut ini penjabaran beberapa langkah-langkah atau tahapan orientasi pembelajaran. Pertama, tahap orientasi masalah. Guru menyajikan masalah nyata kepada peserta didik. Kedua, tahap orientasi belajar. Guru membimbing peserta didik untuk memahami masalah nyata yang telah disajikan.

Baca juga:  Relevansi Peran Guru PAI Sekolah Dasar di Era Artificial Intelligence

Ketiga, tahap penyelidikan. Guru membimbing peserta didik melakukan pengumpulan data atau informasi. Keempat, tahap pengembangan dan penyajian hasil penyelesaian masalah. Guru membimbing peserta didik untuk menentukan penyelesaian masalah dari beberapa alternatif pemecahan masalah. Kelima, tahap analisis dan evaluasi proses penyelesaian masalah. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses penyelesaian masalah.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa seorang guru harus memiliki kemampuan untuk dapat mengelola pembelajaran yang mudah dipahami. Kemudian menciptakan suasana belajar yang menyenangkan serta memberikan pengetahuan berpikir yang belum pernah dimiliki peserta didik sebelumya. (*)