Oleh: Agus Kurnianto, S.Pd.SD
Guru SD N 4 Tambakrejo, Kec. Wirosari, Kab. Grobogan
KECERDASAN dalam dunia pendidikan saat ini telah memiliki jangkauan pengertian dan cakupan yang luas. Kecerdasan tidak hanya diartikan sebagai pintar secara intelektual, namun telah berkembang ke dalam bentuk kecerdasan lainnya, yakni kecerdasan emosional (emotional quotient/EQ). Kecerdasan emosional adalah perasaan yang memunculkan diri dalam tindakan yang memberi harapan baru kepada dunia pendidikan yang selama ini berorieantasi kepada IQ (intellegence quotient) yang bersifat pembawaan.
Daniel Goleman mengemukakan bahwa kecerdasan emosional adalah suatu kemampuan manusia berupa keterampilan emosional yang akan membentuk karakter. termasuk di dalamnya kemampuan pengendalian diri, empati, modifikasi, semangat, kesabaran, ketekunan, dan keterampilan sosial. EQ dipandang dapat membantu keberhasilan individu dalam prestasi belajar, membangun kesuksesan karir, mengembangkan hubungan yang harmonis dengan teman sebaya, serta mengurangi agresivitas.
Ada beberapa hal yang dapat menumbuhkan kecerdasan emosional siswa di sekolah. Pertama, memberikan contoh yang baik dalam perilaku. Membiasakan siswa berperilaku baik terhadap orang lain merupakan salah satu hal penting dalam melatih kecerdasan emosionalnya. Misalkan apabila ingin bantuan kita sebagai pendidik harus mencontohkan membiasakan dengan mengucapkan kata “tolong” terlebih dahulu dan tidak lupa untuk selalu mengucap “terima kasih”.
Kedua, membantu siswa mengenali emosi yang dimilikinya. Komunikasi dan kasih sayang merupakan kunci utama untuk melatih siswa mengenal emosi dan mengendalikannya. Oleh karena itu, penting bagi setiap orang tua dan pendidik untuk sering menanyakan apa yang sedang dirasakan anak serta melatih anak untuk mengungkapkan emosinya dengan jujur dan terbuka.
Ketiga, membangun empati dengan melatih anak didik kita terbiasa untuk memikirkan perasaan orang lain, agar ia akan lebih empati dan peka terhadap orang dan lingkungan di sekitarnya. Hal ini juga bisa membuat mereka lebih bijak dan berperilaku baik terhadap orang lain. Misalnya ketika ada siswa yang bercerita tentang ada temannya yang terkena musibah, coba tanyakan “Bagaimana perasaanmu jikalau yang terkena musibah adalah keluargamau?” Jika ia menjawab “sedih”, coba tanyakan lagi, “Apakah kamu mau membantu temanmu yang sedang kena musibah?” lalu perhatikan responsnya. Anak yang memiliki empati tentu akan bersedia membantu teman yang lagi terkena musibah dengan caranya.
Keempat, membiasakan siswa untuk saling bekerja sama. Kerja sama dan gotong royong merupakan keterampilan yang dapat diajarkan melalui pengalaman langsung. Hal ini bisa dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari, baik di sekolah maupun di rumah. Misalnya dengan meminta siswa untuk bekerjasama membersihkan lingkungan sekolah, di rumah meminta siswa untuk senantiasa membantu pekerjaan orang tua, seperti masak atau membersihkan rumah.
Kelima, mengembangkan pemecahan masalah bagian lain dalam keterampilan emosional. Saat anak sedang bertengkar dengan temannya, pendidik dapat memanfaatkan situasi ini untuk mengembangkan kecerdasan emosionalnya. Misalnya, ketika siswa mulai kesal karena selalu diganggu temannya saat bermain, kita dapat membimbingnya untuk mencari solusi dengan cara memberikannya beberapa pilihan tindakan yang bisa dilakukannya. Dengan demikian, siswa tersebut dapat belajar cara memutuskan dan menyelesaikan masalah secara tepat.
Kelima, menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa. Pendidik dapat mengajarkan siswa untuk membangun rasa percaya diri dan memberinya motivasi agar bisa meraih keinginan atau cita-cita mereka. Dengan memberi dukungan dan bimbingan, guru dapat mengembangkankan kecerdasaan emosional yang dimiliki siswa. (*)