Oleh: Silvia Indriani, S.Pd.SD, M.Pd
Kepala Sekolah SD 2 Mijen, Kec. Kaliwungu, Kab. Kudus
SEKOLAH sebagai mitra orang tua dalam pendidikan anak membutuhkan kerja sama aktif dengan orang tua siswa. Keterlibatan orang tua ada yang bersifat praktis dan ada pula yang bersifat konseptual. Keterlibatan yang bersifat praktis misalnya berkenalan dan menjalin komunikasi dengan para guru, setidaknya wali kelas. Sementara hal yang bersifat konseptual di antaranya menyumbangkan ide dan saran untuk kemajuan sekolah.
Kenyataan yang dialami oleh penulis sebagai kepala sekolah di SDN 2 Mijen, keterlibatan orang tua murid untuk mendukung dan terlibat secara optimal dalam berbagai kegiatan sekolah bukanlah hal mudah untuk dilakukan. Banyak kendala dan hambatan yang ditemui. Antara lain faktor ekonomi keluarga, kesibukan, dan adanya pemahaman bahwa seakan-akan pihak sekolah dapat mengatasi segala masalah anak. Sehingga orang tua sering menyerahkan keberhasilan anak sepenuhnya kepada pihak sekolah.
Adanya program pendidikan gratis di beberapa daerah juga berpengaruh kepada persepsi masyarakat terhadap pendidikan. Masyarakat dalam hal ini orang tua pun beranggapan bahwa gratis berarti tidak perlu berpatisipasi lagi dalam bentuk apapun terkait pendidikan anak di sekolah. Akibatnya sebagian besar orang tua tidak peduli dan kurang bertanggung jawab terhadap pendidikan anaknya.
Hal ini dapat dilihat antara lain dari presentasi kehadiran orang tua dalam setiap rapat yang diadakan oleh sekolah sangat rendah. Yakni sekitar 40 % orang tua siswa yang hadir, ketidak pedulian orang tua terhadap pemenuhan kebutuhan pribadi, dan menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak kepada sekolah. Untuk menyikapi hal ini, penulis selaku kepala SDN 9 Limboto telah berupaya memecahkan masalah ini melalui pendekatan SMM (Sekolah Mitra Masyarakat). SMM terbukti dapat meningkatkan keterlibatan orangtua di SDN 2 Mijen.
Tujuan program ini adalah sebagai berikut. Pertama, mewujudkan kerjasama dan keselarasan program pendidikan di sekolah, keluarga, dan masyarakat sebagai tri sentra pendidikan dalam membangun ekosistem pendidikan yang menumbuhkan karakter dan budaya berprestasi peserta didik. Kedua, menumbuhkan dan meningkatan keterlibatan orang tua dalam mendukung program-program pendidikan di sekolah. Ketiga, meningkatkan pengetahuan orang tua dalam perkembangan pendidikan anak dan aktivitas di sekolah.
Manfaat yang diharapkan adalah, menjalin komunikasi lebih dekat dengan sesama orang tua, menjadi wadah untuk membatu sekolah dalam memajukan pendidikan anak. Kemudian menjalin silaturahim antara orang tua dengan pihak sekolah. SMM melibatkan sepenuhnya untuk program bersama sekolah dan orang tua wali.
Menurut Adiwikarta (1988:68), keluarga adalah suatu sistem yang terdiri atas subsistem-subsistem yang saling berhubungan dan saling pengaruhi satu sama lain. Wolfendale dalam Epstein (1996:81) mengemukakan bahwa keterlibatan orang tua secara luas diartikan dalam waktu tertentu di antara para pendidik terkadang menyamakannya dengan kemitraan, partisipasi orang tua, kekuasaan orang tua, sekolah, keluarga, dan kemitraan masyarakat.
Menurut Olsen dan Fuller (2003:136), setiap sekolah akan mengunggulkan kemitraan yang akan meningkatkan keterlibatan orang tua dan berpartisipasi dalam pertumbuhan sosial, emosi, dan akademik anak. Hal tersebut tentu saja mendorong sekolah dan kerja sama masyarakat untuk membantu kesuksesan anak-anak dalam pendidikan. Maka menurut Lindenfield (1997:8), anak-anak akan dapat Mendengarkan orang lain dengan tepat, tenang dan penuh perhatian. Selain itu bisa berbincang-bincang dengan orang lain dari segala usia dan segala jenis latar belakang, membaca dan memanfaartkan bahasa tubuh orang lain. Lalu bicara di depan umum tanpa rasa takut. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kemitraan orang tua adalah pencapaian tujuan bersama oleh sekolah, keluarga, serta masyarakat. Kerja sama tersebut sangat diperlukan anak-anak untuk dapat sukses di dalam pendidikan. Maka, SMM adalah solusinya. (*)