Oleh: Sakri, S.Pd. SD
Guru SD N 2 Singamerta, Kec. Sigaluh, Kab. Banjarnegara
PEMBELAJARAN memiliki makna yang sangat luas. Seperti yang diungkapkan oleh Gagne dan kawan-kawan (dalam Benny, 2009:10-11), pembelajaran memiliki makna yang sangat luas. Yaitu kegiatan yang dimulai dari mendesain, mengembangkan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi kegiatan yang dapat menciptakan terjadinya proses belajar.
Tetapi masih banyak guru yang melakukan kegiatan mengajar yang mengabaikan proses pembelajaran yang sebenarnya. Dimana guru hanya sekedar menyiapkan materi, menjelaskan kepada siswa dengan ceramah tatap muka dan pelajaran selesai. Padahal banyak media, metode, maupun strategi yang dapat digunakan untuk menumbuhkan motivasi siswa agar para siswa aktif dan nyaman dalam belajar. Tidak cenderung pasif pada saat proses pembelajaran.
Sebenarnya dengan adanya media pembelajaran, guru sangat terbantu sekali dalam mengajar, sangat memudahkan guru dalam menyampaikan pelajaran. Akan tetapi pada kenyataan di beberapa sekolah yang ada, guru jarang sekali memanfaatkan atau menggunakan media yang sudah disediakan sekolah. Padahal media pembelajaran merupakan sebuah sarana yang sangat strategis bagi pendidik untuk mentransfer pengetahuan kepada peserta didik.
Banyak pilihan media yang bisa dimanfaatkan oleh guru. Atau apabila guru ingin berkreasi dan menyalurkan imajinasi yang mereka miliki, banyak media-media sederhana yang bisa dibuat tanpa perlu mengeluarkan banyak biaya untuk membuatnya. Adanya media memudahkan guru dalam menyampaikan materi kepada peserta didik. Dapat pula menumbuhkan motivasi siswa dalam belajar khususnya dalam pelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA).
Kebanyakan siswa sekolah dasar menganggap pelajaran IPA adalah pelajaran yang sangat membosankan. Penyebabnya adalah cara guru yang dalam menyampaikan materi pembelajaran yang hanya bermodalkan ceramah, dan didominasi oleh guru itu sendiri. Guru menjelaskan panjang lebar, kemudian menyuruh siswa untuk mencatat, menghafalkan, lalu menjawab soal. Hal seperti itu merupakan hal yang sangat membosankan dan menakutkan bagi siswa. Media yang digunakan pun tidak harus mahal dan modern.
Media yang murah dan sederhana bisa guru manfaatkan dalam menunjang proses pembelajaran. Guru juga bisa mengkombinasikan media dengan berbagai macam model-model pembelajaran, dan akan menjadi sangat efektif apabila diterapkan dalam menunjang proses pembelajaran. Seperti misalnya dengan model pembelajaran Mind Mapping.
Menanggapi masalah tersebut, diperlukan suatu perubahan dalam proses belajar mengajar yang dilakukan sebelumnya. Penggunaan media sangat dibutuhkan dalam proses perubahan yang akan dilakukan. Dimana diperlukan suatu media pembelajaran yang mampu meningkatkan prestasi belajar serta antusias belajar siswa yang menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan materi yang sedang dipelajari.
Dengan media pembelajaran tersebut, diharapkan siswa berani dalam menyampaikan gagasan dan tercipta pembelajaran yang aktif. Media pembelajaran yang dimaksud adalah media flanelgraf berbasis mind mapping. Flanelgraf merupakan media pembelajaran yang berupa guntingan-guntingan gambar atau tulisan yang pada bagian belakangnya dilapisi ampelas. Sehingga guntingan gambar tersebut dapat ditempelkan pada papan yang dilapisi kain karpet berbulu. Dengan begitu, gambar tersebut dapat melekat, dan mudah di cabut atau lepas.
Sedangkan model pembelajaran mind mapping adalah peta konsep atau pemetaan pikiran. Mind mapping merupakan cara mencatat kreatif dimana di dalamnya bisa menggunakan berbagai macam gambar serta warna yang bersamaan dengan kata. Sehingga dapat menumbuhkan antusias dan meningkatkan daya ingat siswa terhadap materi yang diajarkan. Siswa bebas untuk mencatat dan mengungkapkan gagasan atau ide dalam membuat peta konsep atau pemetaan pikiran sesuai dengan materi yang diajarkan. (*)