Oleh: Eva Novieyanti, S.Pd.SD
Guru SDN 03 Petarukan, Kec. Petarukan, Kab. Pemalang
PENDIDIKAN di era industri 4.0 membawa dampak yang cukup besar dalam proses pembelajaran di kelas. Freud Pervical dan Henry Ellington (1988) mengemukakan bahwa untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di era revolusi 4.0 perlu adanya inovasi pembelajaran dengan beradaptasi pada berkembangnya teknologi informasi digital (Syamsuar, 2018).
Inovasi pendidikan dapat ditinjau dalam metode pembelajaran yang mencakup beberapa hal. Di antaranya rumusan mengenai pengorganisasian bahan ajar. Kemdudian strategi penyampaian dan pengelolaan kegiatan dengan memperhatikan tujuan, hambatan, dan karakteristik peserta didik. Sehingga diperoleh hasil yang efektif, efisien, dan menampakkan daya tarik pembelajaran (Reigeluth, 2011).
Pembelajaran STEAM (science, technology, engineering, art and mathematics) merupakan sebuah pendekatan dalam pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara total dalam mengeksplorasi dan memahami substansi makna dari pelajaran yang sedang dilaksanakan. Dalam hal ini pendidik berperan sebagai fasilitator dan para peserta didik bereksplorasi dengan berkolaborasi dalam menyelesaikan tugas belajarnya.
Menurut Sahih (2015) Pembelajaran STEAM merupakan pendekatan pembelajaran interdisipliner yang inovatif. Dimana ilmu pengetahuan alam (IPA), teknologi, teknik, seni, dan matematika diintegrasikan dengan fokus pada proses pembelajaran pemecahan masalah dalam kehidupan nyata. Pembelajaran STEAM menunjukkan kepada peserta didik bagaimana konsep-konsep, prinsip-prinsip IPA, teknologi, teknik, dan matematika digunakan secara terpadu. Bertujuan untuk mengembangkan produk, proses, dan sistem yang memberikan manfaat bagi kehidupan manusia yang kompetitif.
Pembelajaran inovatif STEAM di SD Negeri 03 Petarukan pada kelas 3 yang dilakukan dikembangkan dan diimplementasikan dengan tujuan peserta didik memiliki kemampuan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi secara kritis, kreatif, komunikatif dan kolaboratif sesuai tuntutan perkembangan zaman. Aktivitas pembelajaran melibatkan peserta didik berinteraksi dalam memecahkan masalah secara kritis, menginterpretasikan atau mengartikan data, mengembangkan pilihan-pilihan, dan menetapkan strategi dengan berinteraksi satu sama lain dalam lingkungan kelas.
Kompetensi STEAM bagi pendidik maupun peserta didik dapat diwujudkan melalui perancangan pembelajaran, dukungan setiap pendidik, dan disesuaikan dengan konteks dunia nyata. Oleh karena itu pembelajaran STEAM dibawahi pembelajaran saintifik proses, integratif, berdiferensiasi, dan kooperatif.
Pembelajaran STEAM berjalan efektif dan dapat mencapai tujuan pembelajaran. Berikut adalah prinsip-prinsip pembelajaran yang diberlakukan dalam STEAM. Pertama, prinsip perhatian dan motivasi. Misalnya pendidik menunjukkan masalah yang kontekstual dan menggugah minat peserta didik untuk menyelesaikan masalah.
Kedua, prinsip keaktifan. Misalnya peserta didik diarahkan agar menyadari bahwa ada banyak cara strategi kognitif. Seperti mengaitkan masalah dengan pengetahuan yang telah dimiliki melakukan perbandingan dan pengandaian (asosiasi), induktif, maupun deduktif. Ketiga, prinsip keterlibatan langsung. Misalnya peserta didik diberikan kesempatan untuk melakukan uji coba rancangan.
Keempat, prinsip pengulangan misalnya peserta didik diberikan latihan berupa lembar kerja, soal dan kesempatan untuk mengulang pembelajaran STEAM dengan berbagai sumber belajar. Kelima, prinsip tantangan. Misalnya peserta didik diberikan beberapa contoh dan noncontoh untuk menemukan konsep dari bidang STEAM yang dipelajari. Keenam, prinsip balikan. Misalnya peserta didik yang telah berhasil melakukan langkah pengujian dapat diberikan medali dan diberikan tantangan baru sebagai respon positif. Kepuasan pada hasil kerja menjadikan peserta menjadikan peserta didik menjadi lebih giat/semangat belajar. Ketujuh, prinsip perbedaan individual. Misalnya setiap peserta didik harus dibantu untuk memahami kekuatan dan kelemahan dirinya. Sehingga mendapat perlakuan serta pelayanan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan peserta didik.
Proses merencanakan pembelajaran dimulai dengan proses sistematis yang dilakukan dari tahap penenentuan kebutuhan hingga menguji keefektifan perencanaan pembelajaran yang dikembangkan. Sehingga menjadi rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang komprehensif. Pendidik memfasilitasi para peserta didik dalam proses pembelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta didik. (*)