SEMARANG, Joglo Jateng – Semarang Contemporary Art Gallery memamerkan hasil karya dua seniman, dengan tema Inquirious: Duo Solo Exhibition. Dalam karyanya, Ines Katamso dan Alexander Sebastianus menampilkan makna tentang bagaimana upaya penjelajahan kenyataan untuk memaknai semesta kehidupan.
Manager Art Gallery, Wisnu Barata mengukapkan, sekitar 16 karya memiliki keunikannya sendiri. Seorang seniman identik dengan karyanya seperti lukisan. Namun, Ines menggunakan berbagai macam bahan material di tengah-tengah ruang lukisannya yang berbahan alami sebagai media pendukung.
“Karya Ines menggunakan bahan daur ulang plastik dan bahan alami yang mana berawal dia yang menggali tanah dan menemukan hewan kecil-kecil yang bisa kita lihat di mikroskop. Nah itu ide asalnya. Dan kita lihat disini tanahnya yang ditengah ruangan menggunakan jenis plaston sebagai media pendukungnya,” ucapnya saat ditemui Joglo Jateng, Selasa (16/5/23).
Hasil karya Ines, kata Wisnu, jika ditelurusi lebih dalam menggunakan unsur seni rupa melalui beberapa elemen. Melalui retorika dan metafor idiosinkratiknya, seniman ini mengeksplorasi persimpangan antara biologi, mitologi, dan katarsis personal. Dengan begitu, penikmat karyanya mampu menyelami perjalanan individu dalam menemukan diri dengan mengambil rujukan pada penyelidikan ilmiah dan arketipe mitologis sekaligus.
Sementara itu, pada hasil karya Alexander Sebastianus yang berjumlah 24 buah menggunakan hasil tenun buatannya sebagai cara khususnya dalam ‘mengalami’ dan ‘menjadi’. Berakar pada pemikirannya tentang waktu. Dirinya melihat kemungkinan lain dari waktu untuk bersifat konstan dan variabel, determinan dan relatif, serta melurus dan menyiklus.
“Karyanya juga menunjukkan kemungkinan lain tenang persimpangan dari beberapa lini waktu, untuk bersifat sejajar maupun bersilang,” ungkap Wisnu.
Ia mengungkapkan, dua seniman itu memperlihatkan suruh pandang yang khas tentang realita kehidupan, yang turut menuntut para pengunjung untuk ‘bercermin’. Sekaligus memeriksa kembali asumsi terhadap keterhubungan antara manusia.
“Boleh jadi dengan menyelaminya, terbersit niatan untuk pula menelusur secara reflektif terhadap apa yang kita alami dalam keseharian. Baik sebagai seniman, peneliti, atau manusia secara umum,” imbuhnya.
Kedua hasil karya dari kedua seniman itu dipamerkan mulai 6 Mei lalu hingga 6 Juli mendatang. Pada awal pameran berlangsung, sekitar ada 200 pengunjung yang menikmati hasil karya itu, baik kalangan muda maupun tua.
Sementara itu, pengunjung asal Banjarnegara, Lulu mengaku terkejut saat memasuki Semarang Contemporary Art Gallery Selasa (16/5/23). Menurutnya, karya seni yang dipamerkan sangat bagus dan berbeda dengan karya seniman pada umumnya yang cenderung menggunakan media lukis.
“Bagus sih soalnya beda dari yang lain dan lebih mainstream. Setelah baru memasuki tempat ini karyanya langsung curi perhatian sih,” ujarnya. (cr7/mg4)