Oleh: Fatimah, S.Pd.SD
Kepala SD 1 Kesambi, Kec. Mejobo, Kab. Kudus
UPAYA untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indoensia mesti selaras dengan upaya yang serius untuk meningkatkan kualitas para guru. Pembelajaran sebagai bagian dalam pendidikan merupakan ujung tombak penentu tercapai tidaknya tujuan pendidikan. Sehingga mutu pembelajaran berkaitan erat dengan mutu pendidikan.
Pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan kemampuan guru dengan lahirnya Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Dalam UU tersebut dijelaskan bahwa guru profesional harus memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikat pendidik yang disyaratkan. Jenis kompetensi yang dimaksud adalah kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan kompetensi profesional.
Salah satu pembinaan guru untuk mencapai kualitas pembelajaran di sekolah adalah melalui lesson study. Yakni model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan, berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar (Hendayana, 2006:10).
Kegiatan lesson study dapat digunakan berbagai metode, strategi, atau pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan situasi, kondisi, dan permasalahan yang dihadapi pendidik. Lesson study pertama kali dikembangkan di Jepang dan menjadi model yang terkenal dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan kualitas pembelajaran. Pada perkembangan berikutnya, lesson study menyebar ke berbagai negara, tidak terkecuali Amerika Serikat, melalui kegiatan The Third International Mathematics and Science Study (TIMSS). Di Indonesia sendiri, lesson Study berkembang melalui Indonesian Mathematics and Science Teacher Education Project (IMSTEP) tahun 1998.
Seorang guru dapat belajar tentang pembelajaran tertentu melalui tampilan pembelajaran yang ada (live/real atau rekaman video). Guru bisa mengadopsi metode, teknik ataupun strategi pembelajaran, penggunaan media dan sebagainya yang diangkat oleh guru penampil untuk ditiru atau dikembangkan di kelasnya masing-masing. Guru lain atau pengamat perlu melakukan analisis untuk menemukan sisi positif atau negatif dari pembelajaran tersebut dari menit ke menit. Hasil analisis ini sangat diperlukan sebagai bahan masukan bagi guru penampil untuk perbaikan. Lewat profil pembelajaran tersebut, guru atau pengamat bisa belajar atas inovasi pembelajaran yang dilakukan guru lain.
Meskipun merupakan sebuah ide sederhana, lesson study merupakan sebuah proses yang kompleks. Inovasi proses belajar-mengajar yang dirancang dan dikembangkan pada kegiatan ini bersifat aktif, praktis, menyenangkan, dan efektif. Dalam pelaksanaannya, lesson study melibatkan banyak pihak. Misalnya guru satu bidang dalam sekolah, guru lintas bidang dalam satu sekolah, kelompok guru-guru dalam suatu gugus, kelompok guru sebidang, dan dosen sebidang dalam satu wilayah.
Untuk tahapan atau langkah-langkahnya adalah sebagai berikut. Pertama, form a team atau membentuk tim grup belajar dengan jumlah anggota dua dan enam orang. Di dalam grup belajar ini terdapat anggota sesuai dengan kemampuannya. Kedua, develop student learning goals atau kembangkan tujuan pembelajaran siswa. Yakni setiap orang di grup akan membicarakan materi yang akan dibahas untuk siswa.
Ketiga, plan the research lesson atau rencanakan pelajaran penelitian. Yakni merencanakan pembelajaran untuk memperoleh tujuan belajar dan mempersiapkan segala respon atau reaksi siswa. Keempat, gather evidence of student learning atau mengumpulkan bukti pembelajaran siswa. Yakni satu dari anggota grup akan melakukan pembelajaran. Sedangkan guru lain akan mengamati dan menghimpun data dari pembelajaran.
Kelima, analyze evidence of learning atau analisis bukti pembelajaran, yaitu grup akan membahas hasil dan akan mengukur perkembangan dalam meraih tujuan pembelajaran. Keenam, repeat the process (ulangi prosesnya). Grup belajar akan memperbaiki sistem pembelajaran dan selanjutnya mengulangi langkah dari proses kedua hingga kelima. Selanjutnya grup belajar akan membagikan data yang telah dihimpun. (*)