Oleh: Titi Kuswati, S.Pd
Guru SDN 03 Jrakah, Kec. Taman, Kab. Pemalang
MATA pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali mereka dengan kemampuan bekerja sama. Belajar matematika tidak hanya bertujuan memperoleh pengetahuan. Tetapi juga diharapkan mampu membentuk nilai dan sikap. Dengan demikian, matematika tidak hanya mencerdaskan siswa. Namun dapat untuk membentuk kepribadian siswa serta mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
Betapapun pentingnya matematika, mata pelajaran ini sering dikeluhkan sebagai mata pelajaran yang sulit, membinggungkan, dan terlalu abstrak. Konsep matematika yang tergolong abstrak ini menyebabkan sulit untuk dipahami. Untuk memahami hal yang abstrak ini, diperlukan ungkapan yang konkret (ilustrasi).
Dalam proses belajar banyak hal yang ditemukan pada siswa, di antaranya adalah kurang minat belajar siswa, kurangnya motivasi siswa. Selain itu rendahnya pemahaman siswa terhadap konsep matematika, dan kurang disenanginya pelajaran matematika. Seperti yang terjadi di kelas 1 SDN 03 Jrakah pada capaian pembelajaran operasi penjumlahan dan pengurangan menggunakan benda-benda konkret yang banyaknya sampai 20. Peserta didik kurang berminat untuk belajar matematika dikarenakan media yang digunakan guru dalam pembelajaran kurang menarik peserta didik.
Dalam pengembangan pembelajaran, guru harus memiliki kemampuan untuk memilih strategi, metode, alat pembelajaran dan teknik-teknik pembelajran yang efektif, dan efisien sesuai dengan karakteristik siswa. Menurut Mulyasa (2002:183), proses pembelajaran merupakan interaksi edukatif antara peserta didik dengan lingkungan sekolah. Dalam hal ini guru diberi kebebasan untuk memilih strategi, metode, dan teknik-teknik pembelajaran yang efektif. Sesuai dengan karakteristik siswa, karakteristik mata pelajaran, serta karakteristik guru dan kondisi nyata sumber daya yang tersedia di sekolah.
Alat bantu pembelajaran tidak harus membeli dengan harga-harga yang mahal dan modern. Tetapi dapat menggunakan benda-benda konkrit di sekitar sekolah untuk sarana pembelajaran. Dalam pembelajaran matematika kelas 1 sekolah dasar, konsep dasar yang digunakan adalah benda-benda konkret di sekitar sekolah. Dalam hal ini, benda konkret yang digunakan dalam pembelajaran penjumlahan adalah dengan menggunakan sedotan. Benda-benda konkret di sekitar sekolah digunakan sebagai alat pembelajaran untuk menciptakan suasana pendidikan yang menyenangkan.
Media pembelajaran menurut Gagne dan Briggs (Azhar Arsyad, 2002:4) adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Pembelajaran yang banyak verbalisme tentu akan cepat membosankan. Sebaliknya, pelajaran yang menggunakan media pembelajaran lebih menarik dan memberikan suasana gembira karena siswa tertarik dan mudah memahami materi pembelajaran.
Media pembelajaran sedotan dapat menjadikan konsep abstrak penjumlahan menjadi lebih konkret. Alat peraga sedotan merupakan suatu alat sederhana yang ditujukan untuk mempermudah siswa dalam memahami materi operasi hitung dalam matematika. Kelebihan penggunaan media sedotan adalah membantu guru untuk menyampaikan materi pembelajaran dengan lebih menarik. Kemudian membantu guru untuk bisa menyampaikan suatu konsep pembelajaran yang abstrak menjadi sebuah situasi yang nyata. Selanjutnya membantu siswa untuk menyelesaikan masalah operasi hitung dengan cara yang sistematis.
Penggunaan media sedotan ini terbukti dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika. Terutama pada operasi hitung penjumlahan dan pengurangan di kelas 1 SDN 03 Jrakah Kecamatan Taman Kabupaten Pemalang. Ini terbukti dengan keaktifan siswa dalam menghitung, tidak ada lagi siswa yang bermain sendiri. Mereka antusias dalam berhitung sambil bermain sedotan. (*)