Oleh: Umi Supriyati, S.Pd.
Guru Bahasa Inggris SMK N 1 Karangawen, Kab. Demak
PENDIDIKAN karakter adalah usaha menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik (habituation). Sehingga peserta didik mampu bersikap dan bertindak bersandarkan nilai-nilai yang telah menjadi kepribadiannya (Yandri, 2022). Pendidikan karakter yang ditingkatkan di dunia pendidikan didasari dari banyaknya kasus–kasus kenakalan remaja. Sehingga penyelenggara pendidikan harus menekankan pendidikan karakter dalam pembelajaran. Selain memiliki kecerdasan akademik, peserta didik diharapkan memiliki akhlak dan kepribadian yang baik pula.
Pendidikan vokasi terutama di sekolah menengah kejuruan (SMK) mengedepankan pembelajaran dengan sistim praktik. Di sinilah kesempatan bagi penyelenggara pendidikan untuk dapat membina karakter dari peserta didik dengan lebih intensif. Bahkan mata pelajaran bahasa Inggris juga bisa membuat program pendidikan karakter bagi siswa–siswi di SMK.
Inovasi pendidikan karakter melalui pembelajaran bahasa Inggris antara lain adalah dengan mengenalkan kepada siswa tentang tingkat kesopanan dalam berbahasa Inggris. Dimana siswa diajarkan tentang penggunaan vocabulary atau kosa kata bahasa Inggris beserta dengan tingkatan kasopanan dalam menggunakan kata tersebut. Kemudian kosa kata tersebut dihubungkan dengan kosa kata dalam bahasa indonesia dan bahasa daerah masing–masing. Dengan demikian, diharapkan siswa mampu dan membiasakan diri untuk bertutur kata yang baik dan sopan.
Pengenalan tingkatan kesopanan kosa kata memang tidak secara langsung mengubah karakter peserta didik menjadi pribadi yang sopan dan berakhlak baik. Namun dengan konsistensi dan dukungan dari lingkungan sekolah yang baik , maka akan tercipta suasana yang kondusif. Baik antara sesama peserta didik maupun terhadap guru yang mengajar. Karena penerapan ucapan yang sopan diikuti dengan etika yang baik jika dilakukan dengan terus menerus akan menjadi kebiasaan yang positif dan menjadikan lingkungan yang harmonis karena terjalin rasa saling menghormati.
Inovasi pendidikan karakter melalui pembelajaran bahasa Inggris yang lain adalah dengan praktik diskusi atau musyawarah dengan menggunakan bahasa inggris. Dalam diskusi tersebut siswa diberikan suatu isu yang sedang hangat terkait dengan kenakalan pelajar yang sering terjadi. Dari hasil diskusi tersebut, siswa diharapkan mampu untuk memberikan tanggapan dan kiat–kiat untuk menghindari kenakalan remaja yang sedang di diskusikan. Maka, siswa akan peka terhadap isu–isu yang selayaknya dihindari dan akan lebih berhati–hati dalam menentukan pilihan dalam bergaul dan memilih teman. Selain itu, siswa juga dapat mengasah kemampuan speaking-nya dalam melafalkan kosa kata bahasa Inggris.
Selain dua contoh inovasi pembelajaran tadi, masih banyak lagi inovasi yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran yang dapat membentuk karakter serta kepribadian peserta didik menjadi lebih baik lagi. Semuanya tidak lepas dari ketekukan penyelenggara pembelajaran untuk fokus dalam mengentaskan masalah mengenai pembentukan karakter di tingkat sekolah menengah ini.
Pembentukan karakter di lingkungan sekolah bukanlah masalah yang sulit jika kita sebagai penyelenggara pendidikan bergotong royong saling menguatkan dan saling mendukung inovasi setiap pengajar. Upaya tersebut dilakukan untuk menguatkan karakter generasi penerus bangsa ini, sesuai dengan episode merdeka belajar yang ke-5. Yaitu sebagai guru penggerak yang berfokus pada peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui guru sebagai agen teladan dan obor perubahan. Berfokus pada pedagogik, berpusat pada murid dan pengembangan holistik. Kemudian melaksanakan pelatihan yang menekankan pada kepemimpinan instruksional melalui on-the-job-coaching, serta kolaboratif dengan pendekatan sekolah menyeluruh. Dengan begitu, guru nantinya bisa menghasilkan bibit-bibit unggul pemimpin Indonesia di masa yang akan datang. Yaitu generasi yang memiliki enam karakteristik profil pelajar pancasila. (*)