Oleh: Kurniasari, S.Pd.
Guru Matematika SMA N 2 Mranggen, Kab. Demak
PESERTA didik sering kali takut pada pelajaran matematika. Mereka merasa bahwa matematika adalah momok, matematika adalah pelajaran yang sulit dan menakutkan. Hal ini juga terjadi pada peserta didik di SMA Negeri 2 Mranggen Demak. Peranan guru di sini sangat diperlukan untuk mengubah pandangan peserta didik terhadap pelajaran matematika, memberi kesan matematika tidak sulit.
Peranan guru sangat diperlukan dalam hal ini. Yaitu guru harus bisa memberikan image ke peserta didik bahwa matematika merupakan pelajaran yang sangat menyenangkan. Pembelajaran yang menyenangkan akan menarik perhatian peserta didik. Setelah tertarik, maka peserta didik pun akan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran yang sedang berjalan.
Pembelajaran matematika dengan model make a match pada materi Persamaan Kuadrat di kelas X diharapkan dapat menarik perhatian peserta didik. Sehingga membuat peserta didik senang, serta tidak cepat jenuh dan bosan dalam pelajaran. Peserta didik bisa antusias dalam mengikuti pembelajaran, dan nilai mereka pun akan meningkat.
Make a match merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif. Make a match mengajarkan peserta didik untuk aktif dalam mencari pasangan dalam waktu yang telah di tentukan. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe make a match, peserta didik diajak mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan (Rusman, 2012).
Kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe make a match yakni peserta didik mampu menciptakan suasana belajar aktif dan menyenangkan. Kemudian materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru lebih bisa menarik perhatian dari peserta didik, suasana kegembiraan akan tumbuh dalam proses pembelajaran. Lalu kerja sama antar sesama peserta didik terwujud dengan dinamis, dan memunculkan dinamika gotong royong yang merata di seluruh peserta didik. Keunggulan dari model ini adalah peserta didik mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan (Lie, 2008).
Adapun langkah-langkah model pembelajaran tipe make a match yang pertama adalah guru menyiapkan tiga kelompok. Kelompok pertama mendapatkan kartu yang berisi bagian kartu soal, kelompok kedua mendapatkan bagian kartu jawaban, dan kelompok ketiga sebagai kelompok penilai.
Langkah kedua, masing-masing peserta didik mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal atau jawaban dan memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang. Setelah masing masing peserta didik mendapatkan kartu soal atau jawaban, guru meniup peluit yang menandakan bahwa peserta didik mulai menghitung dan mencari pasangannya.
Langkah ketiga, masing-masing peserta didik mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Langkah keempat, masing-masing peserta didik yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu, kemudian membawa jawaban di kelompok penilai akan mendapatkan poin. Untuk langkah yang kelima, apabila peserta didik tidak dapat mencocokkan kartunya dengan temannya maka akan mendapatkan hukuman yang telah disepakati bersama. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap peserta didik mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya. Langkah terakhir, guru bersama-sama dengan peserta didik membuat kesimpulan terhadap materi pembelajaran.
Penggunaan model pembelajaran make a match sudah diterapkan pada peserta didik kelas X semester genap di SMA Negeri 2 Mranggen. Dengan menerapkan model pembelajaran tipe make a match, peserta didik merasa lebih senang. Selain itu lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran, dan peserta didik lebih terpacu dalam meningkatkan keterampilannya. Hasil penilaian pada materi Persamaan Kuadrat dengan model pembelajaran make a match lebih meningkat dibandingkan dengan menggunakan teknik pembelajaran sebelumnya. (*)