Oleh: Sri Wondiningsih, S.Pd
Guru SD Negeri 14 Pelutan Pemalang
BANYAK orang menafsirkan bahwa komunikasi verbal sering dianggap sebagai satu-satunya alat interaksi terhandal dengan mengabaikan unsur komunikasi nonverbalnya. Padahal, unsur verbal dan unsur nonverbalnya merupakan piranti yang tidak dapat dihindari dalam interaksi guru dan siswa di kelas. Kedua piranti tersebut berdistribusi komplementer, tetapi diperoleh secara berbeda.
Kemampuan menggunakan komunikasi verbal meliputi untaian kalimat. Baik dalam bentuk berita, kalimat tanya, perintah, maupun kalimat seruan. Setiap unsur nonverbal tersebut secara bersama-sama mendukung bentuk verbal untuk menyampaikan pesan komunikasi (Sibarani, 2015; Hamonangan, 2013).
Setiap bentuk kalimat memiliki karakteristik masing-masing. Seperti pemberian jeda, penggunaan intonasi, dan pemilihan kata. Secara linguistis, perbedaan bentuk tuturan tersebut tampak pada perbedaan tujuan komunikasi, penggunaan intonasi, dan pemilihan kata. Sedangkan jeda yang digunakan pada semua bentuk tuturan verbal sama. Yakni jeda awal, jeda antara, dan jeda akhir. Bentuk nonverbal untuk menyertai tuturan verbal setiap kalimat tersebut berkenaan dengan gestur dan gerakan tangan, sikap mata dan wajah, suara, ruang dan jarak, serta sentuhan.
Setiap unsur nonverbal secara bersama-sama mendukung bentuk verbal untuk menyampaikan pesan komunikasi. Selain apa yang diungkapkan di atas, hubungan baik antara guru dan siswa mutlak diperlukan. Sebab, hubungan tidak baik yang diciptakan oleh guru dengan siswa akan mengakibatkan terjadinya hubungan yang kurang harmonis. Misalnya guru terlalu kaku dalam mengajar, terlalu keras dalam membimbing, atau terlalu lembut dalam mengajar. Hal tersebut bisa mempengaruhi proses komunikasi atau penyampaian pesan kepada siswanya. Siswa bisa cenderung takut, terlalu berani, atau pun tidak memperhatikan apa yang diajarkan.
Dengan demikian, setiap kali guru melakukan komunikasi dalam proses pembelajaran, hendaknya bukan hanya sekadar menyampaikan isi pesan. Namun juga menentukan kadar hubungan interpersonal. Dalam hal ini bukan hanya menentukan content, tetapi juga relationship. Kesepadanan bentuk komunikasi verbal dan unsur nonverbal, serta hubungan yang baik antara guru dan siswa sangat bermanfaat untuk menyampaikan pesan sesuai dengan makna yang dimaksud.
Guru hendaknya memperhatikan dengan baik berbagai bentuk tuturan komunikasi verbal dan unsur nonverbalnya ketika berinteraksi dengan siswa di kelas. Salah satu bentuk komunikasi verbal dan unsur nonverbal dalam interaksi guru dan siswa yang perlu diperhatikan adalah tuturan konstatif. Tuturan konstatif digunakan guru untuk menginformasikan, menguji, meminta, memerintah, mengajak, melarang, dan memuji.
Tuturan konstatif biasanya disertai perilaku nonverbal yang hangat dan atau perilaku dingin. Untuk interaksi guru-siswa di kelas 1 SD lebih banyak digunakan perilaku hangat untuk menyertai tuturan konstatif. Perilaku hangat yang dibawakan guru dapat menciptakan proses pembelajaran yang kondusif. Karena, guru bersemangat dalam mengajar dan memiliki kedekatan emosional dengan siswa sehingga siswa termotivasi untuk belajar.
Mengukur efektivitas penerapan tuturan konstatif seperti apa yang diungkapkan di atas, perlu dilakukan dengan gagasan ini tentang pelaksanaan yang sebenarnya di lapangan terutama di kelas I SD. Gagasan ini dilakukan bertujuan untuk memperoleh gambaran secara komprehensif tentang kesepadanan komunikasi verbal dan unsur nonverbalnya pada tuturan konstatif serta makna yang terkandung di dalamnya. Selain itu, gagasan juga diharapkan dapat memberikan masukan berharga. Terutama pada guru, dalam upaya membangun komunikasi secara efektif dan membina hubungan baik dengan siswa di kelas. (*)