Mencegah Panic Buying dan Menjamin Ketersediaan Air Bersih dalam Kasus Kekeringan di Malaysia

Rizky Indah Septiana, S.STP

Oleh: Rizky Indah Septiana, S.STP
Mahasiswi Pasca Sarjana MM UPN “Veteran” Yogyakarta

KEKERINGAN adalah salah satu masalah lingkungan yang serius dan kompleks yang dihadapi oleh Malaysia saat ini. Negara yang terletak di kawasan tropis ini, mengalami tantangan signifikan dalam memenuhi kebutuhan air bersih, karena perubahan iklim yang terjadi. Termasuk faktor-faktor lainnya seperti urbanisasi yang cepat dan pertumbuhan populasi. Warga di Negara Bagian Penang dan Kedah Malaysia pada dua pekan lalu, mengalami kepanikan, seiring meningkatnya kekhawatiran akan kekurangan pasokan air bersih. Masyarakat menghadapi situasi yang semakin genting karena curah hujan yang rendah, bendungan yang mengalami penurunan debit air secara tiba-tiba, dan gangguan sistem di sepanjang Sungai Muda.

Hal tersebut membuat satu juta warga Penang dan Kedah berebut air, setelah aliran air keran yang sempat mengering. Warga berbondong-bondong menuju supermarket dan memborong air mineral. Meskipun, pasokan air dapat pulih kembali dalam waktu kurang dari 24 jam. Namun banyak penjual makanan yang akhirnya memutuskan untuk menutup tokonya, karena mereka tidak dapat mempersiapkan dagangannya tanpa tersedianya air bersih sehari sebelumnya.

Departemen Meteorologi Malaysia menerbitkan data secara online, yang menunjukkan kemungkinan akan terjadi fenomena El Niño panas dan kering hingga Agustus 2023. Salah satu dampak utama Badai El Niño adalah penurunan curah hujan yang signifikan dalam beberapa wilayah. Hal ini dapat mengakibatkan kekeringan yang parah, mengurangi pasokan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari, pertanian, dan industri. Kekeringan tersebut juga mengancam ketahanan pangan, mengurangi produktivitas pertanian, dan dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang besar. Dalam menghadapi situasi tersebut, warga di Penang dan Kedah bereaksi dengan cara yang tidak terorganisir, yaitu melakukan panic buying air mineral.

Fenomena panic buying ini menyebabkan kekacauan di pasar, dengan peningkatan permintaan yang tajam dan tidak sebanding dengan pasokan yang tersedia. Panic buying air mineral tidak hanya menciptakan kesenjangan yang lebih besar antara pasokan dan permintaan, tetapi juga dapat memperburuk masalah yang sedang terjadi. Tindakan pembelian berlebihan ini membebani sumber daya yang sudah langka dan rentan. Selain itu, panic buying juga dapat menyebabkan lonjakan harga yang tidak wajar, mempersulit akses air bersih bagi mereka yang membutuhkannya secara mendesak. Dalam konteks ini, penting untuk mengadopsi pendekatan yang efektif dan terarah dalam manajemen rantai pasok untuk mengatasi krisis ini, dan mencegah panic buying yang tidak perlu.

Manajemen rantai pasok, memainkan peran penting dalam menjamin ketersediaan air yang memadai, yakni mencakup pengelolaan dari hulu ke hilir. Dalam konteks ketersediaan air bersih, manajemen rantai pasok, berfokus pada upaya menjaga pasokan air yang memadai dari sumbernya, hingga sampai ke konsumen. Menghadapi tantangan krisis pasokan air, perencanaan yang matang dan terarah dalam manajemen rantai pasok sangat dibutuhkan. Dalam situasi kekeringan, langkah-langkah yang efektif harus diambil untuk mengelola pasokan air dengan bijaksana.

Hal pertama yang dapat dilakukan, yakni dengan pemantauan kondisi sumber daya air yang harus ditingkatkan, dengan memantau curah hujan, debit sungai, dan level air di bendungan secara rutin. Hal ini membantu dalam merencanakan kebutuhan air yang akurat dan mengidentifikasi risiko kekurangan pasokan air dengan cepat. Selanjutnya, perencanaan kebutuhan air harus diprioritaskan, untuk memastikan pasokan air yang cukup bagi kepentingan kritis, seperti kebutuhan masyarakat, industri, pertanian, dan lingkungan.

Penggunaan air juga perlu dikelola dengan bijaksana melalui langkah-langkah penghematan, seperti penggunaan teknologi hemat air dan promosi kesadaran akan pentingnya penggunaan air secara efisien. Dalam manajemen rantai pasok, untuk menjamin ketersediaan air minum, masyarakat perlu diberikan pemahaman yang tepat mengenai pentingnya penggunaan air secara bijak. Termasuk penghematan, dan keberlanjutan sumber daya air. Ketua Menteri Penang Chow Kon Yeow mengatakan, berdasarkan data konsumsi air Penang Water Supply Corporation (PBAPP) tahun 2022, penurunan konsumsi domestik sebesar 20 persen akan menghasilkan penghematan air sebesar 106,8 juta liter per hari (MLD). Sehingga warga Penang pun diimbau untuk ikut mencegah penurunan tingkat air bendungan negara bagian tersebut, dengan mengurangi konsumsi air domestik sebesar 20 persen setiap hari.

Dalam pengumpulan air, sumber alternatif lain seperti sumur dalam atau air hujan dapat dieksplorasi untuk mengurangi beban pada sumber daya air utama juga. Seperti yang diungkapkan Ketua Menteri Penang Chow Kon Yeow, debit air yang ada di beberapa bendungan di Penang, yakni Bendungan Ayer Itam terisi 39,8 persen, Bendungan Teluk Bahang 46,2 persen. Bahkan Bendungan Mengkuang yang lebih besar, yang biasanya terisi lebih dari 90 persen, turun menjadi 88,2 persen. Ketua Menteri Penang mengatakan, hal tersebut menunjukkan bahwa dalam kasus Bendungan Ayer Itam, hanya ada cukup air bagi penduduk setempat untuk bertahan 120 hari lagi. Namun proses pengolahan air juga harus dioptimalkan, untuk memastikan air yang dihasilkan tetap berkualitas tinggi, meskipun dalam kondisi kekeringan. Selain itu, penting untuk meningkatkan distribusi air dengan tepat dan adil, mengutamakan kebutuhan kritis dan memberikan perhatian khusus pada daerah yang paling terdampak kekeringan. Pemeliharaan dan perbaikan infrastruktur juga harus diperhatikan. Hal itu untuk memastikan kelancaran pasokan air bersih.

Dalam penyelidikan awal yang dilakukan pemerintah Penang, diketahui bahwa sensor pintu air otomatis mengalami kerusakan. Sehingga menyebabkan gerbang bendungan terbuka dan menyebabkan kebocoran air. Oleh sebab itu, perlu adanya koordinasi dan kerja sama antara pemerintah, badan pengelola air, dan pihak terkait lainnya yang sangat penting untuk menghadapi tantangan ini.

Secara keseluruhan, melalui implementasi strategi manajemen rantai pasok yang efektif, termasuk koordinasi, perencanaan, penggunaan teknologi, dan edukasi masyarakat, kita dapat mencegah panic buying air minum yang tidak produktif. Termasuk memastikan ketersediaan air minum yang memadai di Malaysia. Dalam menghadapi tantangan krisis air, manajemen rantai pasok yang baik menjadi kunci untuk menjaga stabilitas pasokan, meminimalisir ketidakpastian, dan memberikan akses yang terjamin kepada masyarakat akan air bersih, yang sangat penting bagi kehidupan sehari-hari. Dengan menerapkan manajemen rantai pasok air bersih yang baik saat terjadi kekeringan, kita dapat mengurangi dampak negatif, memastikan pasokan air yang cukup bagi kebutuhan masyarakat, dan melindungi sumber daya air secara berkelanjutan. (*)