Oleh: Marikah, S.Pd.SD
Guru SD 2 Jetiskapuan Jati, Kudus
MATEMATIKA merupakan salah satu mata pelajaran penting bagi kehidupan. Sayangnya bagi banyak siswa, matematika menjadi pelajaran yang menakutkan. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Dr Taya Evans dari Stanford University menyimpulkan bahwa mempelajari matematika sangat baik untuk otak manusia. Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa orang yang mempelajari matematika memiliki volume gray matter yang lebih banyak. Sehingga mempengaruhi kemampuan seseorang dalam mengambil keputusan.
Manfaat lain dari mempelajari pelajaran ini adalah membantu siswa untuk berpikir analitis serta mengasah kemampuan menalar. Supaya semua siswa merasakan manfaat belajar pelajaran matematika, guru pintar harus dapat menerapkan metode pembelajaran yang menarik dan mengimplementasikan berbagai model pembelajaran.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa matematika adalah pelajaran yang menjadi momok bagi siswa. Ada berbagai alasan yang membuat siswa kesulitan mempelajari pelajaran matematika. Untuk membuat siswa menikmati belajar matematika, guru perlu mengetahui hal-hal yang melatarbelakangi siswa merasa sulit dan tidak menyukai matematika. Salah satunya bisa jadi kurang tepat dalam memilih metode pembelajaran.
Penggunaan metode yang tepat akan menentukan efektifitas dan efisiensi pembelajaran. Beberapa metode yang dapat dipilih guru matematika adalah metode ceramah, ekspositori, demonstrasi, tanya jawab, penugasan, eksperimen. Selain itu drill dan latihan, penemuan inquiry, permainan, dan pemecahan masalah.
Metode permainan merupakan metode pembelajaran dimana siswa dirangsang dalam berpikir dengan bermain untuk menanamkan konsep-konsep matematika. Sementara, metode penemuan (discovery learning) merupakan metode pembelajaran yang mengatur pembelajaran sedemikian rupa. Sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan. Sebagian atau seluruhnya ditemukan oleh siswa sendiri.
Kegiatan belajar mengajar hendaknya tidak hanya berfokus pada guru, tetapi juga harus melibatkan siswa aktif. Salah satu model yang cocok dalam pembelajaran matematika disini yaitu dengan menggunakan model discovery learning. Artinya, pembelajaran harus melibatkan kemampuan siswa secara maksimal untuk menggali, mengidentifikasi, dan mengelola. Sehingga dapat menemukan pengetahuan dengan sendirinya.
Discovery learning disini melatih kecapakan berpikir siswa dalam menyelesaikan masalah, terutama masalah-masalah yang ada di sekitar siswa. Sehingga siswa mampu secara kreatif menemukan ide-ide dalam menyelesaikan masalah tersebut. Selain itu, siswa tidak akan merasa jenuh, dan bosan dengan pembelajaran.
Model pembelajaran discovery learning merupakan suatu model pembelajaran yang menitikberatkan pada aktivitas siswa dalam belajar. Dalam proses pembelajaran dengan model discovery learning, guru hanya bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator yang mengarahkan siswa untuk menemukan konsep, prosedur, algoritma dan sebagainya (Hosman, 2014:283). Model pembelajaran ini mengutamakan cara belajar siswa aktif, berorientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri, dan reflektif.
Karakteristik yang dimiliki oleh model discovery learning sebagaimana yang diungkapkan Hosman (2014:284) adalah sebagai berikut. Pertama, mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan, dan menggeneralisasikan pengetahuan. Kedua, berpusat pada siswa. Ketiga, kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada.
Dalam kata lain, proses pembelajaran dalam penemuan menekankan pada proses belajar siswa, bukan proses mengajar. Di dalam prosesnya mendorong terjadinya kemandirian dan inisiatif belajar pada siswa untuk menciptakan kemampuan dan tujuan yang ingin di capai dengan melakukan pembelajaran yang menekankan pada proses. Bukan hasil. Dengan memberikan penekanan pembelajaran yang menekankan proses pada siswa, mendorong berkembangnya rasa ingin tahu secara alami pada siswa. Sehingga siswa terdorong untuk mampu melakukan penyelidikan dan mendasarkan proses belajar pada prinsip-prinsip kognitif. Dengan demikian, akan tercipta proses pembelajaran yang akitf dalam pembelajaran. Sehingga mampu menciptakan suasana belajar yang bermakna. (*)