Oleh: Ardi Hermawan, M.Pd.
Kepala SD N 1 Duren, Kec. Pagedongan, Kab. Banjarnegara
SEKOLAH sebagai mitra orang tua dalam pendidikan anak membutuhkan kerja sama aktif dengan orang tua siswa. Keterlibatan orang tua ada yang bersifat praktis dan ada pula yang bersifat konseptual. Keterlibatan yang bersifat praktis misalnya berkenalan dan menjalin komunikasi dengan para guru, setidaknya wali kelas.
Menjalin komunikasi bukan hanya saat anak mendapat masalah atau saat menerima raport, namun dapat sekedar bertegur sapa dan menanyakan kabar saat menjemput anak. Selain itu, orang tua dapat aktif dalam kegiatan komite sekolah atau organisasi orang tua murid di sekolah. Ada banyak hal yang membutuhkan peran aktif orang tua. Sementara hal yang bersifat konseptual di antaranya menyumbangkan ide dan saran untuk kemajuan sekolah.
Kenyataan yang dialami oleh penulis sebagai kepala sekolah di SD Negeri 1 Duren, melibatkan orang tua murid untuk mendukung berbagai kegiatan sekolah bukanlah hal mudah untuk dilakukan. Banyak kendala dan hambatan yang ditemui. Antara lain faktor ekonomi keluarga, kesibukan orang tua, dan adanya pemahaman orang tua bahwa seakan-akan pihak sekolah dapat mengatasi segala masalah anak. Sehingga orang tua sering menyerahkan keberhasilan anak sepenuhnya kepada pihak sekolah.
Sekolah merupakan lembaga sosial yang tidak dapat dipisahkan dari lingkungan kehidupan masyarakat. Sebaliknya, masyarakat pun tidak dapat dipisahkan dari lingkugan sekolah, sebab keduanya saling memiliki kepentingan. Sekolah merupakan sistem yang terbuka terhadap lingkunganya termasuk masyarakat yang berada di lingkungan sekolah. Sebagai sistem yang terbuka, tentunya keberadaan sekolah tidak dapat terhindarkan dari hubungan dengan masyarakat.
Dari beberapa pemaparan tentang hubungan sekolah dengan masyarakat, kemudian muncul pemahaman di dalam masyarakat tentang pentingnya peran masyarakat dalam penyelengaraan pendidikan. Dari pemehaman ini lah yang kemudian melahirkan model pendidikan yang berbasis komunitas. Yakni sistem pendidikan yang dalam implementasinya seluruh pengelolaan dilakukan oleh komunitas-komunitas masyarakat tertentu. Baik itu dalam pengelolaan anggaran, pengelolaan fasilitas, maupun penyusunan kurikulum pendidikan.
Konsep pendidikan berbasis komunitas inilah yang kemudian diterapkan oleh SD Negeri 1 Duren, Kec. Pagedongan, Banjarnegara untuk menyelenggarakan proses pendidikan. Karena dalam implementasinya konsep pendidikan berbasis komunitas mampu menampilkan konsep pendidikan yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Yaitu pendidikan yang tidak hanya mencerdaskan siswa secara akademik. Akan tetapi juga kecerdasan siswa secara sosial dan emosional.
Dengan konsep pendidikan yang berbasis komunitas, maka SD Negeri 1 Duren sangat membutuhkan keterlibatan masyarakat. Lebih spesifiknya adalah keterlibatan orang tua sebagai komunitas di dalam menyelenggarkan pendidikan. Terutama keterlibatan orang tua dalam aspek fasilitas, pendanaan, dan kurikulum.
Pelibatan tersebut dalam berbagai hal seperti penentuan besaran pembiayaan dan juga penghimpunan dana. Dalam hal penentuan besaran pembiayaan, orang tua sebagai komunitas terlibat dalam forum diskusi dengan pengelola sekolah berkontribusi, guna mengetahui hal-hal apa saja yang harus dibiayai dalam mendukung proses kegiatan belajar mengajar. Dari forum ini akan diketahui kegunaan dari pembiayaan sekaligus menentukan besaran biaya dengan sistem subsidi silang.
Sistem subsidi silang dalam pembayaran biaya operasional ini yang sekaligus juga melibatkan orang tua sebagai komunitas dalam kegiatan penghimpunan dana sebelum dana dikumpulkan. Selanjutnya digunakan oleh pihak sekolah untuk keperluan operasional kegiatan belajar mengajar. (*)