Mengembangkan Disiplin Positif dengan ‘Talas’

Oleh: Welas Kurniawati
Guru SD N Gajah 2, Kec. Gajah, Kab. Demak

BUDAYA positif di sekolah ialah nilai-nilai keyakinan-keyakinan dan kebiasaan-kebiasaan di sekolah yang berpihak pada murid. Tujuannya agar murid dapat berkembang menjadi pribadi yang kritis, penuh hormat, dan bertanggung jawab. Guru perlu memahami posisi apa yang tepat untuk mewujudkan budaya positif. Baik di lingkungan kelas maupun sekolah.

Keberadaan budaya di sebuah sekolah merupakan urat nadi dari segala aktivitas yang dijalankan warga sekolah. Mulai dari kepala sekolah, guru, siswa, dan orang tua. Budaya sekolah yang didesain secara tepat sesuai dengan kondisi sosial sekolah pada gilirannya bisa memberi kontribusi yang positif bagi peningkatan kualitas sumber daya seluruh komunitas sekolah dalam menuju sekolah unggul.

Talas (kesepakatan kelas), tidak hanya soal di SDN Gajah 2 yang harus ditaati murid dan memberi konsekuensi bagi yang melanggarnya. Dalam membuat kesepakatan kelas, dibutuhkan keterlibatan antara guru dengan murid untuk saling menyepakati bagaimana kondisi kelas yang diinginkan. Adanya kesepakatan kelas akan memandu murid untuk senantiasa komitmen terhadap kesepakatan yang telah disepakati bersama.

Baca juga:  Pembelajaran Diferensiasi dengan Bu Pop Meningkatkan Pemahaman Siswa Materi Pubertas

Dalam membuat kesepakatan kelas, pastikan semua pihak terlibat didalamnya. Semua murid mengambil perannya masing-masing. Semua murid menggunakan haknya untuk dapat menyampaikan pendapatnya tentang impian terhadap kelasnya serta suasana pembelajaran yang ada didalamnya.

Kesepakatan kelas memuat hal-hal yang dianggap penting. Kesepakatan kelas juga harus dapat dipahami oleh semua pihak. Dibuat dengan bahasa yang mudah dipahami siswa, megandung kata-kata positif, dan dibuat secara tertulis. Sehingga bisa dilihat sewaktu-waktu direfleksikan secara berkala oleh guru dan murid.

Kesepakatan kelas bukan hanya tentang mengajak murid menuliskan janji-janji bersama lalu menempelkannya di dinding, tetapi lebih dari itu. Kesepakatan kelas berfungsi sebagai media komunikasi untuk mengembalikan peran murid sebagai subjek pendidikan. Selain itu, kesepakatan kelas juga berfungsi sebagai salah satu cara guru dalam melatih tanggung jawab. Khususnya tanggung jawab terhadap kesepakatan yang telah dibuat.

Baca juga:  Pembelajaran Diferensiasi dengan Bu Pop Meningkatkan Pemahaman Siswa Materi Pubertas

Langkah membuat kesepakatan kelas, yaitu guru mengajak murid memikirkan dengan hati-hati tentang keinginannya tentang kelas impian. Guru meminta murid menuliskan apa yang mereka pikirkan dan inginkan tentang kelasnya dalam belajar. Murid menuliskan tentang kelas impian mereka. Kemudian guru meminta murid menempelkan hasil pemikirannya di papan tulis.

Setelah semua berpartisipasi, dengan bantuan salah seorang siswa, hal-hal yang telah ditulis tentang kelas impiannya dibaca satu per satu. Guru mengajak murid berdiskusi membahas impian-impian tentang kelasnya yang sudah mereka tulis untuk menemukan kesamaan yang mereka miliki. Lalu membuat daftar kesamaan yang telah didiskusikan. Guru memandu murid menyoroti hal-hal yang dianggap paling penting untuk disepakati bersama.

Guru memastikan semua murid ambil bagian dalam kegiatan ini. Guru dan murid membaca hasil kesepakatan kelas yang telah disetujui. Setelah itu murid menandatangani kesepakatan tersebut sebagai tanda persetujuan.

Baca juga:  Pembelajaran Diferensiasi dengan Bu Pop Meningkatkan Pemahaman Siswa Materi Pubertas

Kegiatan untuk membuat kesepakatan kelas menjadi pengalaman baru di kelas VI SD N Gajah 2 pada khususnya, dan di sekolah pada umumnya. Kesepakatan kelas benar-benar memberikan interaksi aktif bagi guru dan murid. Hubungan yang harmonis antara guru dan murid juga tercapai melalui kesepakatan kelas. Ini terlihat dari kerja sama dan kolaborasi antara guru dan semua peserta didik yang memiliki latar belakang dan keunikannya tersendiri.

Pembiasaan mengadakan kesepakatan kelas dalam membentuk budaya positif yang awalnya memang belum biasa dilakukan oleh murid karena mereka belum terbiasa memberikan pendapatnya. Setelah dituntun dengan pertanyaan-pertanyaan membentuk kebiasaan baik di sekolah, beberapa peserta didik mulai memberikan pendapatnya. Kegiatan pembentukan budaya positif di sekolah mendapatkan apresiasi yang baik dari kepala sekolah dan guru lain. (*)