Penerapan Metode Inkuiri untuk Pembelajaran IPA

Oleh: Wigati, S.Pd.SD
Guru SDN 03 Asemdoyong, Kec. Taman, Kab. Pemalang

MENURUT Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dijelaskan bahwa tujuan mata pelajaran IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya didalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah (Depdiknas, 2007:484).

Menurut Webster‟s Collegiate Dictionary kata inkuiri (inquiry) berarti pertanyaan atau penyelidikan. Piaget memberikan definisi pendekatan inkuiri sebagai pendidikan yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk melakukan eksperimen sendiri, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari sendiri jawaban atas pertanyaan yang mereka ajukan.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa metode inkuiri adalah metode yang memberi kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran melalui percobaan maupun eksperimen. Sehingga melatih siswa berkreativitas dan berpikir kritis untuk menemukan sendiri suatu pengetahuan yang pada akhirnya mampu menggunakan pengetahuannya tersebut dalam memecahkan masalah yang dihadapi.

Baca juga:  Pembelajaran Diferensiasi dengan Bu Pop Meningkatkan Pemahaman Siswa Materi Pubertas

Sund and Trowbridge (Mulyasa, 2006) mengemukakan bahwa jenis-jenis metode inkuiri adalah sebagai berikut. Pertama, inkuiri terpimpin (guide inquiry), yang digunakan terutama bagi siswa yang belum mempunyai pengalaman belajar dengan metode inkuiri.

Kedua, inkuiri bebas (free inquiry). Pada inkuiri bebas siswa melakukan penelitian sendiri bagaikan seorang ilmuwan. Ketiga, inkuiri bebas yang dimodifikasi (modified free inquiry). Pada inkuiri ini guru memberikan permasalahan atau problem. Kemudian siswa diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan, eksplorasi, dan prosedur penelitian. Dengan permasalahan tersebut, maka diperlukan upaya untuk memperbaiki kualitas dalam pembelajaran. Sehingga alternatif yang digunakan yaitu menerapkan model pembelajaran inkuiri. Model pembelajaran inkuiri ini akan membuat siswa lebih banyak berdiskusi untuk memecahkan masalah.

Baca juga:  Relevansi Peran Guru PAI Sekolah Dasar di Era Artificial Intelligence

Kelebihan dari model pembelajaran inkuiri adalah proses pembelajaran yang dapat menekankan siswa untuk aktif dan dapat merubah tingkah laku siswa dengan adanya pengalaman yang langsung mereka peroleh secara langsung di dalam pembelajaran. Sehingga diharapkan model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah melakukan proses yang telah dilakukan dalam belajar. Hasil belajar harus menunjukkan suatu perubahan tingkah laku atau perolehan perilaku yang baru dari siswa yang bersifat menetap, fungsional, positif, dan disadari.

Hasil belajar siswa dapat ditentukan oleh proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah. Selama proses pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran inkuiri, terlihat sebagian siswa bersemangat dan termotivasi dalam mengikuti pembelajaran dan aktif dalam melakukan setiap proses pembelajaran yang dilaksanakan.

Baca juga:  Pembelajaran Diferensiasi dengan Bu Pop Meningkatkan Pemahaman Siswa Materi Pubertas

Adapun dari segi kelemahan aktivitas siswa adalah masih terdapat beberapa siswa yang kurang aktif dan termotivasi dan lebih banyak bermain pada saat belajar. Untuk aktivitas guru selama proses pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran inkuiri secara umum berlangsung sudah baik.

Setelah menerapkan model pembelajaran inkuiri di sekolah dasar, dapat disimpulkan bahwa penerapan model inkuiri dapat mengembangkan karakter siswa. Seperti karakter kerja sama, rasa ingin tahu, dan komunikatif.

Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi siswa dan kreativitas pengajar. Pembelajaran yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan pengajar yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut akan membawa pada keberhasilan pencapaian target belajar.

Target belajar dapat diukur melalui perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui proses belajar. Desain pembelajaran yang baik, ditunjang fasilitas yang memandai, ditambah dengan kreativitas guru akan membuat peserta didik lebih mudah mencapai target belajar. (*)