Oleh: Fatimah, S.Pd.SD.
Guru SD 3 Peganjaran, Kec. Bae. Kab. Kudus
PEMBELAJARAN matematika khususnya di sekolah dasar menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung. Salah satu kemampuan yang sangat penting dalam belajar matematika yaitu kemampuan matematis. Kemampuan ini sangat penting untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika yang optimal (Hikmah, 2017). Kemampuan matematis merupakan dasar dari kemampuan lainnya yang lebih tinggi, seperti kemampuan komunikasi matematis dan berfikir kritis.
Permasalahan rendahnya kemampuan matematis tak jarang ditemui dalam pembelajaran matematika, khususnya di tingkat sekolah dasar. Pasalnya, sifat matematika yang abstrak berlawanan dengan tahap perkembangan anak usia sekolah dasar yang masih berada pada tahap operasional konkret (Ibda, 2015). Anak-anak usia sekolah dasar pada tahap perkembangan intelektual tersebut lebih mudah dalam mempelajari konsep-konsep matematik yang abstrak melalui contoh-contoh konkret yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan pengalaman langsung.
Rendahnya pemahaman konsep merupakan permasalahan yang sangat penting untuk ditemukan solusi penyelesaiannya. Bahkan tidak berlebihan jika kemampuan pemahaman matematis yang rendah disinyalir turut mempengaruhi prestasi siswa secara keseluruhan.
Agar siswa dapat memahami konsep matematika, pembelajaran matematika harus dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi konsep matematika melalui pengalaman nyata. Sehingga siswa tidak hanya penuh dengan materi-materi matematika yang abstrak, tetapi juga pemahaman yang mendalam.
Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan penerapan model pembelajaran CTL (contextual theaching and learning). Yakni salah satu model pembelajaran yang dapat membangun kemampuan diri secara aktif, mempelajari konsep, sekaligus menerapkan dan mengaitkannya dengan dunia nyata.
Model pembelajaran kontekstual merupakan suatu model pembelajaran yang memberikan fasilitas kegiatan belajar siswa untuk mencari, mengolah, dan menemukan pengalaman belajar yang lebih bersifat nyata. Yaitu dengan melibatkan keaktifan peserta didik dalam mencoba, melakukan, serta mengalami sendiri.
CTL merupakan konsep pembelajaran yang menekankan keterkaitan antara materi pembelajaran dengan kehidupan siswa secara nyata. Sehingga siswa mampu menghubungkan dan menerapkan apa yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari (Mulyasa, 2004:5).
Konsep-konsep dalam pembelajaran CTL mempermudah guru dalam mengaitkan materi yang sedang dipelajari dengan konteks nyata. Pembelajaran CTL adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Proses pembelajaran model kontekstual dapat memberikan pengalaman yang bersifat konkret dengan melibatkan keaktifan siswa, serta dapat menumbuhkan minat mereka untuk belajar. Melalui kegiatan pembelajaran yang menghadapkan konteks dunia nyata dan pengalaman langsung, diharapkan pembelajaran matematika tidak hanya sebatas hafalan-hafalan rumus. Akan tetapi memperoleh pemahaman yang mendalam.
Minat ini menjadi hal penting. Karena seseorang yang memiliki minat pada suatu aktivitas akan memperhatikan aktivitas secara konsisten disertai rasa senang. Kemudian untuk menjadi lebih lebih efektif dan “tajam”, model pembelajaran CTL ini dapat dipadukan dengan media pembelajaran audio-visual. Alasannya, sejalan dengan itu, media audio visual merupakan media pembelajaran yang dapat menarik minat serta antusias siswa untuk mengikuti proses pembelajaran di sekolah. Karena media audio visual menampilkan gambar-gambar, animasi, serta suara yang dapat menarik minat belajar bagi siswa (Mulyasa, 2004:5).
Sejumlah penelitian menyebutkan bahwa kemampuan pemahaman matematik siswa yang menggunakan media audio visual pada pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual lebih tinggi dari pada siswa yang menggunakan pendekatan ekspositori. Terdapat pengaruh interaksi antara pendekatan pembelajaran dan minat belajar siswa terhadap kemampuan pemahaman matematik. (*)