Oleh: Chalimah Kurniasih, S.Pd
Guru SDN 06 Pelutan, Kec. Pemalang, Kab. Pemalang
MATEMATIKA adalah dasar dari ilmu pengetahuan. Dalam perkembangannya, semua ilmu membutuhkan matematika, terutama ilmu-ilmu sains. Sehingga matematika sangat diharapkan dapat dipelajari dan dikuasai oleh para siswa di semua jenjang pendidikan.
Namun kenyataannya, sampai sekarang matematika masih dianggap sebagai pelajaran yang sulit. Banyak siswa yang belum dapat memahami konsep dasar matematika dengan baik.
Salah satu konsep dasar yang harus dikuasai siswa kelas II SD/MI adalah perkalian. Banyak siswa yang kesulitan saat mempelajari perkalian. Sehingga banyak siswa yang telah naik ke kelas III belum hafal perkalian 1-10. Padahal dalam kurikulum disebutkan, salah satu kompetensi dasar di kelas II adalah melakukan perkalian dan pembagian bilangan sampai dua angka.
Karakteristik anak-anak usia SD adalah senang bermain dan riang gembira. Sehingga bermain sambil belajar merupakan kegiatan yang menyenangkan apabila dapat diaplikasikan dalam pembelajaran matematika. Berawal dari kegiatan yang menyenangkan tersebut, maka akan tercipta suasana yang kondusif dalam pembelajaran. Sehingga diharapkan hasil akhir pembelajaran akan meningkat.
Seorang guru dituntut memiliki kemampuan dan kreativitas yang cukup agar pembelajaran dapat terselenggarakan secara efektif dan efisien. Salah satu aspek kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah pemahaman dan penguasaan terhadap pendekatan pembelajaran. Pendekatan yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika antara lain adalah dengan strategi permainan.
Menurut Santrock (2007:216-217), permainan adalah aktivitas menyenangkan yang dilakukan untuk bersenang-senang. Games adalah aktivitas yang dilakukan demi kesenangan dan memiliki peraturan.
Piaget (1962) mengemukakan bahwa permainan adalah aktivitas yang dibatasi oleh dan medium yang mendorong perkembangan kognitif anak. Sebagai contoh, anak-anak yang baru saja belajar penambahan dan pengalian, mulai bermain dengan angka dengan cara yang berbeda dari cara mereka pertama kali menyelesaikan operasi ini, sambil tertawa ketika mengerjakannya.
Melalui kegiatan bermain, anak belajar mengembangkan kemampuan emosi dan sosial. Sehingga diharapkan muncul emosi dan perilaku yang tepat sesuai dengan konteks yang dihadapi dan diterima oleh norma sosial (Mashar, 2011:125).
Menurut Supendi & Nurhidayat (2007:13) tidak semua jenispermainan bermanfaat dan mendidik. Banyak juga permainan yang kurang mempunyai manfaat, bahkan membahayakan perkembangan jiwa anak.
Bermanfaat atau tidaknya permainan tergantung desain permainan itu sendiri. Jika desainnya bagus, banyak sekali aspek pelajaran yang bisa diambil dari kegiatan bermain. Beberapa aspek tersebut di antaranya adalah belajar berinteraksi sosial, menghargai pendapat orang, belajar empati, dan belajar bekerja sama dalam kelompok.
Contoh cara mengajarkan perkalian di kelas II dengan strategi permainan antara lain pertama, gunakan permainan warna. Contoh mudah yang bisa digunakan adalah mulailah membuat kartu dari kertas berwarna. Kemudian memberikannya angka dengan warna yang mencolok. Lalu ajak mereka untuk menjawab soal dengan mengisi kartu yang sesuai. Dengan begitu anak menjadi lebih antusias untuk berhitung dan menentukan jawabannya.
Kedua, gunakan tabel dan kartu perkalian. Ajaklah anak untuk bermain menggunakan tabel dan perkalian. Kamu tentunya nggak perlu khawatir karena saat ini sudah cukup banyak yang menjualnya. Jadi kamu nggak perlu repot untuk membuatnya sendiri. Meskipun ada juga yang lebih senang membuat sendiri.
Strategi permainan ternyata mampu meningkatkan hasil belajar matematika khususnya pada materi perkalian. Metode permainan menghasilkan tiga kategori minat, yaitu tinggi, sedang, dan minat rendah.
Siswa dengan kategori minat tinggi dan sedang semuanya menyukai pembelajaran matematika dengan menggunakan metode permainan. Pembelajaran matematika menggunakan metode permainan membuat siswa lebih mudah dalam memahami materi. Selain itu, suasana pembelajaran menjadi tidak membosankan. (*)