Metode Mengajar yang Mengasikkan, Menyenangkan, dan Menghasilkan

Oleh: Windoko, S.Pd.SD.
Guru SD N 07 Wanarejan, Kec. Pemalang, Kab. Pemalang

METODE foxfire  merupakan metode penugasan atau pemberian tugas kepada peserta didik untuk melakukan kajian kemasyarakatan ke suatu daerah. Kemudian hasil kajian itu disusun dalam bentuk tulisan singkat, dan akhirnya diterbitkan sebagai bentuk laporan.

Tujuan yang akan dicapai dengan menggunakan metode ini adalah untuk meningkatkan kesadaran siswa tentang pentingnya menjaga warisan sosial dan budaya masyarakat. Lalu meningkatkan keterampilan siswa dalam proses pengumpulan data, dan meningkatkan keterampilan menulis.

Pada tahun 1960-an, seorang guru Bahasa Inggris di Clayton County, Georgia (Amerika Serikat) berusaha mengajarkan mengarang yang lebih relevan kepada para siswanya dengan cara melibatkan mereka dalam kegiatan studi tentang daerah pegunungan di daerah itu. Yakni tentang masyarakat dan adat-istiadatnya.

Para siswa menyambut cara ini dengan penuh semangat. Foxfire telah mengubah data yang telah terkumpul menjadi karya yang dapat disumbangkan dalam bentuk informasi yang berharga tentang daerah itu. Kemudian mendorong siswa untuk bekerja keras, baik dalam pengumpulan data maupun dalam penulisan karangan yang akan diterbitkan.

Baca juga:  Relevansi Peran Guru PAI Sekolah Dasar di Era Artificial Intelligence

Ada dua persyaratan utama untuk dapat menerapkan metode foxfire ini. Pertama, guru harus bersedia untuk bekerja sama dengan siswa sebagai mentor yang membimbing dan memberikan petunjuk kepada siswa. Kedua, hasil kegiatan pengumpulan data harus diadministrasikan dengan baik untuk memudahkan pekerjaaan guru dan siswa.

Metode mengajar ini memiliki kelebihan yang luar biasa. Pertama, para siswa akan memiliki keterampilan dalam proses pengumpulan data lapangan. Kedua, para siswa akan memiliki keterampilan dalam menulis. Ketiga, terjadi kerja sama sinergis antara sekolah dengan penerbit. Keempat, memberikan bekal keterampilan kepada siswa untuk dapat memperoleh penghasilan melalui menulis. Kelima, jika hasil karya siswa tersebut dapat diterbitkan dan laku dijual, maka kegiatan siswa ini akan dapat menghasilkan pendapatan yang luar biasa (generate income).

Baca juga:  Pembelajaran Diferensiasi dengan Bu Pop Meningkatkan Pemahaman Siswa Materi Pubertas

Meskipun demikian, metode mengajar ini memang memiliki beberapa kelemahan sebagai berikut. Pertama, memerlukan waktu yang cukup lama, sehingga menyulitkan bagi wakil kepala sekolah bidang kurikulum untuk membuat jadwal yang dapat mengakomodasi pelaksanaan metode ini. Kedua, memerlukan guru yang benar-benar memiliki kemampuan untuk membimbing siswa untuk dapat menulis.

Langkah-langkah proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Pakem (pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan) dapat dilakukan sebagai berikut. Pertama, persiapan. Sudah barang tentu, pendidik telah menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai persiapan formal untuk menerapkan metode mengajar ini. Guru juga telah mempersiapan semua perangkat media, alat, dan prasyarat lain yang diperlukan untuk melaksanakan metode ini. Langkah persiapan ini dilakukan oleh guru jauh sebelum proses pembelajaran dimulai.

Kedua, membuka pelajaran. Jangan lupa memberikan salam kepada semua siswa. Beritahukan kepada siswa bahwa untuk pelajaran kali ini, para siswa akan diajak untuk melaksanakan proses belajar mengajar dengan metode yang belum pernah dilakukan, yakni yang disebut sebagai foxfire. Berikan kepada siswa tentang metode foxfire ini secara jelas.

Baca juga:  Relevansi Peran Guru PAI Sekolah Dasar di Era Artificial Intelligence

Ketiga, guru dan siswa berangkat ke daerah yang telah ditetapkan. Keempat, pengolahan data dan informasi yang berhasil dikumpulkan kemudian dapat dilakukan di sekolah. Kalau para siswa belum mempunyai kemampuan menulis dengan mesin ketik atau menggunakan program Micorsoft Word di komputer, para siswa dapat menulis di kertas biasa.

Kelima, adakan diskusi kelas untuk membahas hasil pekerjaan siswa tersebut. Keenam, pajanglah semua hasil tulisan siswa tersebut di tempat yang telah ditentukan. Ketujuh, undang penerbit untuk kemungkinan dapat menerbitkan semua hasil tulisan siswa. Jika hasil tulisan siswa memang layak diterbitkan menjadi buku yang laku dijual di pasar, maka tidak mustahil sekolah akan memperoleh keuntungan yang tidak kecil dari kegiatan ini. (*)