Oleh: Sri Pujiningrum, S.Pd.SD
Guru SDN 05 Cibelok, Kec. Taman, Kab. Pemalang
PRAKTIK pembelajaran mengenai pembuatan rangkaian listrik sederhana beserta komponen-komponen dan fungsinya di kelas VI SD, terkadang sulit dilaksanakan karena beberapa macam faktor. Salah satu di antaranya yaitu model atau media yang belum cocok dan efektif digunakan. Bila sekadar ceramah dan tanya tanya jawab, guru merasa ini tidak cukup efektif.
Untuk memberikan pengalaman belajar yang berkesan dan menyenangkan, guru kelas VI SDN 05 Cibelok, Taman, Pemalang memilih model pembelajaran berbasis projek atau project based learning (PjBL) dalam menyajikan materi Rangkaian Listrik Sederhana. Penerapan model pembelajaran ini dilatarbelakangi oleh banyaknya materi pembelajaran yang seharusnya didemonstrasikan langsung oleh siswa, tetapi dalam pelaksanaannya dilakukan dengan metode ceramah atau tanya jawab saja.
Siswa kesulitan membayangkan bagaimana bentuk dan proses dalam membuat susunan atau rangkaian listrik. Sehingga hasil belajar dan pemahaman siswa pada materi percobaan pembuatan rangkaian listrik sederhana secara seri dan paralel tidak sesuai yang diharapkan. Banyak guru yang mengalami permasalahan yang sama dengan permasalahan yang dialami di kelas VI SDN 05 Cibelok, Taman, Pemalang. Sehingga praktik ini diharapkan selain bisa memotivasi diri sendiri juga bisa menjadi referensi atau inspirasi bagi rekan guru yang lain.
Peran dan tanggung jawab dalam praktik pembelajaran ini adalah melakukan proses pembelajaran secara efektif, dengan menggunakan alat peraga, media dan model pembelajaran yang tepat dan inovatif. Sehingga tujuan pembelajaran dan hasil belajar siswa dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Model pembelajaran yang dimaksud adalah project based learning.
Pembelajaran berbasis proyek atau project based learning (PjBL) adalah model pembelajaran yang menggunakan projek/kegiatan sebagai media. Siswa melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar (Daryanto, 2014: 23).
PjBL memiliki beberapa karakteristik, yaitu pertama, siswa membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja. Kedua, adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada siswa. Ketiga, mendesain proses untuk menentukan solusi atau permasalahan atau tantangan yang diberikan
Keempat, siswa secara kolaboratif bertanggung jawab untuk mengakses dan mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan. Kelima, proses evaluasi dijalankan secara kontinu. Keenam, secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah dijalankan. Ketujuh, produk akhir aktivitas belajar dievalusi secara kualitatif, dan kedelapan situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan.
Sintak PjBL diawali dengan penentuan pertanyaan mendasar. Siswa diminta mengamati penggunaan listrik dalam kehidupan sehari-hari dan demonstrasi tentang pembuatan listrik seri atau paralel. Setelah mengamati, siswa diminta membuat pertanyaan untuk mengemukakan rasa ingin tahunya.
Berikutnya, siswa dan guru mendesain perencanaan projek. Secara berkelompok, siswa dengan anggota empat orang mendiskusikan apa yang akan dibuat, waktu pembuatan, dan mempelajari bahan-bahan yang diperlukan. Misalnya, akan membuat rumah-rumahan yang dipasangi lampu secara paralel.
Selanjutnya, siswa menyusun jadwal projek pembuatan rangkaian listrik paralel sederhana. Pada proses pembuatannya, guru memantau setiap kelompok. Jika projek sudah selesai, peserta didik menunjukkan hasil kerjasamanya di depan kelompok lain. Langkah terakhir, guru memberikan apresiasi dan penguatan kepada siswa.
Model PjBL menjadikan siswa bersemangat dalam melakukan percobaan rangkaian listrik sederhana. Siswa dapat berkerja sama dan bertanggung jawab dengan tugas-tugas yang diberikan. Selain itu, siswa lebih memahami mengenai konsep rangkaian listrik sederhana sehingga hasil belajar menjadi meningkat.
Ketuntasan minimal yang diharapkan, dapat terlampaui oleh lebih dari 75% siswa. Sehingga dapat dikatakan bahwa model PjBL efektif digunakan dalam pembelajaran rangkaian listrik sederhana. Setelah mempraktikkan cara merangkai listrik sederhana, siswa diharapkan mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-hari dan lebih bijak dalam menggunakan listrik. (*)