Oleh: Siti Insaniyah, S.Pd SD
Guru SD N 2 Pekalongan, Kec. Bojongsari, Kab. Purbalingga
PEMBELAJARAN pada mata pelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan pembelajaran yang banyak menggunakan metode penemuan. Pembelajaran tersebut sangatlah membantu pada siswa sekolah dasar. Karena dapat membantu siswa dalam membangun kreativitas dan pengetahuan siswa melalui penemuan.
Pembelajaran kreatif dapat membuahkan hasil yang baik bagi siswa karena secara langsung dapat menstimulus otak siswa. Pembelajaran IPA terutama di sekolah dasar (SD) membutuhkan benda benda konkret. Jadi akan lebih baik guru mengajar dengan melakukan pembelajaran yang nyata dan minimal hampir nyata.
Contohnya pada pembelajaran Tata Surya. Penyampaian materi Tata Surya secara verbal akan menghambat proses belajar siswa. Apalagi guru dalam penyampaian materi hanya menggunakan metode ceramah dan gambar diam. Sehingga kemungkinan besar akan mengalami kesulitan dalam menjelaskan kembali dan menyebutkan anggota Tata Surya. Kesulitan tersebut dapat diketahui bila siswa diberikan pertanyaan hanya diam dan tidak bisa menjawab. Akhirnya anak memperoleh nilai akan dibawah nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
Menurut Rochman Natawijaya (2006), hambatan belajar adalah suatu peristiwa yang ikut menyebabkan sutau keadaan yang menghambat dalam mengaplikasikannya pada saat proses pembelajaran berlangsung (Sutriyanto, 2009:7). Selain itu menurut pendapat Conny R Samiawan (2008), sains tidak bisa diajarkan semata dengan ceramah. Kedua pendapat tersebut menjelaskan bahwa penyampaian materi yang didominasi dengan verbalisme dapat menghambat proses belajar siswa.
Pembelajaran yang menggunakan gambar seperti di buku teks membuat siswa cenderung pasif dan kurang aktif untuk mengikuti pelajaran. Karena media gambar belum tentu mampu untuk memberikan imbal balik, kurang terlihat nyata, dan kurang menarik bagi siswa. Selain itu siswa sulit memahami gambar yang sudah ada dalam buku teks dan mereka sering merasa bosan. Apalagi materi Tata Surya yang merupakan materi yang nyata ada namun tidak bisa menunjukan wujud aslinya.
Materi Tata Surya merupakan materi yang membutuhkan penjelasan yang berbeda. Materi ini membutuhkan media yang bukan hanya dijelaskan dan gambar mati saja. Sehingga nantinya proses belajar tersebut berdampak pada hasil belajar siswa.
Penggunaan metode ceramah dan media gambar diam untuk materi tata surya kurang memberikan proses belajar yang maksimal pada pembelajaran. Oleh karena itu diperlukan suatu media yang aktif yang dapat memaksimalkan proses belajar yang berdampak pada hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA materi Tata Surya.
Pembelajaran dengan media interaktif animasi tiga dimensi merupakan salah satu media pembelajaran yang dapat menarik minat belajar siswa. Media ini bersifat high teknologi karena memanfaatkan program komputer mikromedia flash.
Media interaktif animasi tiga dimensi bersifat visual dan interaktif. Sehingga siswa tidak hanya dapat melihat gambar. Tetapi juga memberikan timbal balik kepada siswa agar siswa lebih aktif dalam mempelajari materi pelajaran.
Seperti yang disampaikan oleh Sri Anitah (2008), media tiga dimensi merupakan suatu sistim penyajian pelajaran dengan visual, suara, materi video, dan kontrol komputer. Sehingga siswa tidak hanya dapat melihat dan memdengar gambar dan suara. Tetapi juga memberi respon aktif.
Dengan media interaktif animasi tiga dimensi, siswa menjadi dapat melihat seperti apa tata surya meski tidak secara nyata dihadirkan oleh guru. Penyampaian materi dan proses belajar siswa dalam materi tata surya juga akan lebih maksimal. Melalui media ini mereka lebih mengalami proses belajar yang lebih bermakna sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar materi tata surya. (*)