Menggagas Pembelajaran Motorik Berinteraksi Permainan di Sekolah Dasar

Oleh: Moh Shoidi, S.Pd
Guru Olahraga SDN Jatibarat 2, Kec. Pecangaan, Kab. Jepara

DUNIA anak adalah dunia bermain. Bermain merupakan metode yang tepat bagi guru untuk mengembangkan motorik anak. Bagi anak anak, dimana imajinasinya mulai berkembang, benda atau barang apa saja bisa menjadi sarana bermain.

Pembelajaran merupakan kegiatan yang mencakup kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran bagi anak merupakan proses interaksi anak, orang tua, atau orang dewasa lainnya. Interaksi yang dibangun tersebut merupakan faktor yang mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Kegiatan pembelajaran dirancang dengan menggunakan pendekatan tematik. Tema sebagai wadah mengenalkan berbagai konsep untuk mengenal dirinya dan lingkungan sekitarnya.

Tema yang dipilih dan dikembangkan dari hal-hal yang paling dekat dengan anak, sederhana, serta menarik minat anak. Lingkungan pembelajaran harus diciptakan sedemikian menarik dan menyenangkan. Sehingga anak selalu betah dalam lingkungan sekolah baik di dalam maupun di luar ruangan.

Baca juga:  Pembelajaran Diferensiasi dengan Bu Pop Meningkatkan Pemahaman Siswa Materi Pubertas

Kegiatan pembelajaran akan dikatakan bermakna apabila membawa pengaruh perubahan terhadap tingkah laku anak didik. Menciptakan lingkungan fisik kelas yang kondusif untuk kegiatan pembelajaran anak adalah salah satu tugas pokok guru. Kesungguhan hati dan imajinasi guru kreatif dalam kegiatan pengolaan kelas yang dilakukan guru diharapkan dapat turut mengembangkan karakteristik anak sekolah dasar.

Pembelajaran motorik halus adalah pembelajaran yang berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil serta koordinasi antara mata dan tangan. Perkembangan motorik halus setiap anak tentulah tidak sama, baik dari segi kekuatan maupun ketepatan. Kondisi ini dipengaruhi oleh pembawaan dan stimulasi yang diperolehnya.

Sebenarnya ada banyak hal yang mempengaruhi perkembangan motorik seorang anak. Tidak hanya suasana dan lingkungan belajar, namun kondisi lingkungan keluarga juga turut memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan motorik halusnya.

Baca juga:  Relevansi Peran Guru PAI Sekolah Dasar di Era Artificial Intelligence

Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran. Dimana dalam melakukan prinsip-prinsip pembelajaran tersebut seorang guru atau pendidik harus mengetahui serta memahami setiap kebutuhan serta karakteristik perkembangan setiap anak. Sehingga guru atau pendidik nantinya dapat memberikan pembelajaran yang tepat untuk menstimulus setiap aspek perkembangan dan merangsang munculnya motivasi belajar yang dimiliki oleh anak.

Memang memerlukan suatu strategi pembelajaran motorik berbasis permainan. Model ini dibuat karena melatih keterampilan motorik anak baik motorik kasar dan motorik halus yang disesuaikan dan dalam porsi yang seimbang.

Untuk meningkatkan prestasi belajar yang belum maksimal untuk anak sekolah dasar maka perlu dibantu dengan menggunakan model ini. Pada model ini pembelajaran motorik disertakan dengan permainan agar siswa tertarik dan menyenangkan dalam proses belajar sehingga dapat tercapai tujuan belajar.

Pembelajaran keterampilan motorik di sekolah dasar saat ini sudah menjadi perhatian banyak kalangan. Yang menjadi kendala dalam pembelajaran motorik di sekolah dasar adalah masih minimnya pengetahuan guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan dalam menerapkan model yang tepat dalam proses belajar mengajar pembelajaran motorik. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan yang diakibatkan oleh keterbatasan referensi atau sumber bacaan tentang bagaimana guru-guru penjasorkes mengajarkan model pembelajaran motorik yang tepat guna mendukung tercapainya hasil pembelajaran.

Baca juga:  Relevansi Peran Guru PAI Sekolah Dasar di Era Artificial Intelligence

Rusman (2011:133) menyatakan bahwa penentuan model pembelajaran yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran harus mempertimbangkan tujuan yang hendak dicapai. Kemudian bahan atau materi pembelajaran, peserta didik, dan pertimbangan lainnya yang bersifat nonteknis.

Kemampuan motorik dasar peserta didik juga berpengaruh terhadap proses belajar. Kemampuan motorik dasar tinggi lebih mudah menerima suatu proses pembelajaran dibandingkan dengan peserta didik dengan kemampuan motorik dasar yang rendah. (*)