Menggapai Kebahagiaan dan Ketakwaan melalui Berkurban

Dr. KH. Rofiq Mahfudz, M. Si.

Oleh: Dr. KH. Rofiq Mahfudz, M. Si.
Pengasuh Ponpes Arrois Cendekia Semarang dan Wakil Sekretaris PWNU Jateng

SETIAP tahun, umat Islam di seluruh dunia merayakan Iduladha. Hari raya ini menjadi salah satu momen penting bagi umat Islam, tidak hanya digunakan untuk berkumpul dengan keluarga dan kerabatnya, tetapi juga menjadi kesempatan untuk menggapai kebahagiaan dan ketakwaan melalui pelaksanaan ibadah kurban.

Ibadah kurban memiliki banyak hikmah dan sangat dianjurkan bagi umat Islam yang mampu melakukannya. Bahkan, Allah SWT sendiri memberikan keiistimewaan bagi orang-orang yang melaksanakannya.

Nabi Muhammad SAW bersabda, “Tidak ada amalan yang dilakukan seseorang pada hari raya kurban yang lebih dicintai oleh Allah SWT selain daripada mengalirkan darah (hewan kurban). Sebab, hewan kurban tersebut akan datang pada hari Kiamat kelak dengan sepasang tanduknya, serta kuku-kukunya, dan bulu-bulunya (secara utuh). Dan sungguh, sembelihan kurban yang ia alirkan, telah Allah ridai dan terima sebelum tetesan darahnya jatuh ke tanah. Oleh karna itu, wujudkanlah ketulusan hati kalian dalam berkurban.” (HR. Ibnu Majah)

Hadis ini menunjukkan bahwa kurban merupakan amal perbuatan yang sangat dicintai oleh Allah. Darah hewan kurban yang disalurkan dengan tujuan beribadah dan berbagi kepada sesama menjadi salah satu bentuk pengabdian yang mendapatkan keridhaan Allah.

Salah satu hikmah utamanya, yakni pengorbanan diri. Ketika seorang Muslim memutuskan untuk menyembelih hewan kurban, ia mengutamakan kepentingan orang lain daripada dirinya sendiri. Hal ini mengajarkan kita untuk selalu bersedia berkorban demi kebahagiaan dan kesejahteraan orang lain. Ketika kita mengorbankan sesuatu yang berharga bagi kita, seperti hewan kurban, kita merasakan rasa kedekatan dengan Allah dan kepuasan batin yang mendalam.

Selain itu, kurban juga mengajarkan kita tentang sikap syukur. Saat kita melihat hewan kurban yang disembelih, kita diingatkan akan berkat dan rezeki yang Allah berikan kepada kita. Ini mengajarkan kita untuk tidak mengambil kehidupan dan nikmat-nikmat yang diberikan-Nya dengan sia-sia. Kurban mengingatkan kita untuk menghargai dan bersyukur atas segala yang kita miliki dan menyadari bahwa semuanya adalah karunia dari-Nya.

Kurban juga memberikan pelajaran tentang pentingnya berbagi dengan sesama. Setelah hewan kurban disembelih, dagingnya dibagi-bagikan kepada orang-orang yang membutuhkan. Ini adalah momen di mana solidaritas dan kepedulian terhadap sesama diperlihatkan secara nyata. Melalui berbagi, kita bisa merasakan kebahagiaan yang lebih besar daripada hanya memikirkan diri sendiri. Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah beriman salah seorang di antara kamu, hingga ia mencintai bagi saudaranya apa yang dicintainya untuk dirinya sendiri” (H.R Bukhari dan Muslim). Dengan membagikan daging kurban, kita menunjukkan kasih sayang dan kepedulian kita terhadap orang lain.

Pelaksanaan kurban juga mengikuti teladan yang ditunjukkan oleh Nabi Ibrahim AS. Dalam Al-Quran, Allah menceritakan ketekunan Nabi Ibrahim dalam memenuhi perintah-Nya untuk menyembelih anaknya Ismail AS sebagai tanda ketaatan dan pengorbanan. Namun, Allah menggantikan Ismail dengan seekor domba sebagai pengorbanan yang lebih baik. Hal ini mengajarkan kita tentang keteguhan iman, ketaatan, dan kepatuhan kepada Allah.

Oleh karena itu, mari manfaatkan momen kurban dengan baik. Jadikan kurban sebagai sarana untuk meraih kebahagiaan dan ketakwaan, serta untuk memperkokoh ikatan kita dengan Allah dan sesama. Semoga Allah menerima kurban kita, menjadikannya sebagai amal yang diterima, dan memberikan keberkahan serta kebaikan bagi seluruh umat Islam. (*)