Oleh: Dwi Oktarini, S.Pd
Guru SMP N 1 Padamara, Kab. Purbalingga
DALAM kegiatan pembelajaran guru senantiasa berupaya untuk membantu siswa memahami semua materi pembelajaran. Penggunaan discovery learning atau penemuan ingin mengubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif.
Menurut Syah (2014), dalam mengaplikasikan metode penemuan di kelas ada beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar secara umum. Di antaranya stimulasi/pemberian rangsangan, pernyataan/identifikasi masalah, pengumpulan data, pengolahan data, pembuktian, serta menarik kesimpulan/generalisasi.
Saat ini penggabungan media dalam proses pembelajaran merupakan suatu kebutuhan. Chee dan Wong menyatakan bahwa ada berbagai strategi kolaborasi untuk pembelajaran khusus atau sebagai kebutuhan pada proses pembelajaran.
Media dapat dikolaborasikan jika mempunyai karakter yang sama dan dapat diaplikasikan. Murtini (2017) mengatakan bahwa fungsi media pembelajaran adalah untuk mengatasi hambatan proses komunikasi, sikap pasif peserta didik dalam belajar, dan mengatasi keterbatasan fisik kelas.
Tujuan dari kegiatan pembelajaran yang bermakna tentunya tercapainya hasil belajar yang bagus. Hasil belajar adalah perubahan pemahaman-pemahaman pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperoleh melalui proses belajar (Kosasih, 2017). Dalam tujuan pengajaran dan tujuan pembelajaran, terdapat dua aspek penting hakikat sains. Yaitu konsep sebagai produk dan keterampilan proses sebagai proses.
Produk dan proses dalam IPA keduanya tidak dapat dipisahkan dan saling mempengaruhi. Artinya proses belajar dengan media bergambar dapat memudahkan pemahaman peserta didik terhadap konsep-konsep rumit dan abstrak menjadi nyata atau kontektual.
Penggunaan media gambar ini bermaksud untuk meningkatkan minat belajar siswa. Minat belajar penting karena dengan minat ini diharapkan setiap peserta didik mau bekerja keras dan antusias untuk mencapai produktivitas belajar yang tinggi.
Tujuan peningkatan minat belajar antara lain mendorong gairah dan semangat belajar peserta didik, meningkatkan moral dan kepuasan belajar peserta didik. Lalu meningkatkan produktivitas belajar, semangat, kedisiplinan, dan menurunkan tingkat absensi peserta didik. Di samping itu juga menciptakan suasana dan hubungan kerja sama antar peserta didik yang baik.
Indriana (2011) mengatakan bahwa media realia adalah benda nyata dimana benda tersebut tidak harus dihadirkan di ruang kelas. Tetapi peserta didik dapat melihat langsung ke obyek.
Media dapat digunakan untuk menyalurkan informasi. Sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat peserta didik dalam proses pembelajaran yang pada akhirnya hasil pembelajaran lebih bermakna.
Kehadiran gambar sebagai pengganti sesuatu yang tidak dimungkinkannya membawa benda nyata ke kelas. Jenis gambar itu mewakili benda yang terlalu besar atau terlalu kecil untuk disajikan. Bisa juga dikarenakan berbahaya atau sulit mendapatkan di sekitar sekolah. Jelas gambar tersebut untuk membantu penyampaian pesan. Diharapkan tidak ada kesalahpahaman siswa dalam belajar.
Pengalaman belajar yang dilalui peserta didik dengan model penemuan berbantuan media gambar biologi, fisika, dan kimia (IPA terpadu). Menggunakan percobaan simulasi gambar untuk pembelajaran minat peserta didik untuk belajar IPA mengalami peningkatan.
Peserta didik menunjukkan sikap tertantang dengan kegiatan pembelajaran yang variatif, berbasis kerja, dan bersinggungan dengan kegiatan simulasi berdasarkan gambar yang diamati. Siswa bersemangat melakukan simulasi untuk cara kerja sistem yang ada pada manusia, membicarakan hewan dan tumbuhan mikroskopis, angkasa raya, dan lain sebagainya dengan asyik.
Pada acara diskusi dalam kelompok dan antar kelompok berjalan lebih dinamis. Perasaan canggung dan takut dapat dikendalikan dengan dengan baik. Peserta didik mulai memahami makna belajar aktif dan mandiri dalam mendalami materi. Simpulannya, dengan media gambar tersebut siswa belajar bermakna dan menemukan sesuatu yang baru dari apa yang dipelajarinya. Belajar IPA lebih menyenangkan dan tidak menjadikan siswa bosan. (*)