Lebih Menyenangkan Metode Smart Game pada Mapel PAI SD

Oleh: Sunarti, S.Pd.I
SD N 01 Kemuning, Kec. Ampelgading, Kab. Pemalang

SMART game atau metode permainan merupakan metode pembelajaran dimana materi disampaikan melalui suatu kegiatan yang menyenangkan (menggembirakan) dan dapat menunjang terciptanya tujuan instruksional dalam materi pembelajaran yang akan disampaikan. Baik dari aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik.

Permainan sebagai bagian dari proses belajar dan dirancang menjadi suatu aksi/kejadian yang dialami sendiri oleh siswa. Kemudian dalam proses refleksi disimpulkan untuk mendapat hikmah yang mendalam. Inilah yang dimaksud dengan metode smart game. Smart berarti cerdas dan game berarti permainan. Smart game adalah permainan yang dirancang sedemikian rupa untuk meningkatkan kecerdasan anak didik.

Guru pendidikan agama Islam (PAI) harus mampu menciptakan model yang terbaru dan inovatif. Salah satu metode yang bisa digunakan dalam pembelajaran PAI adalah metode smart game. Metode ini menyajikan berbagai bentuk permainan (games) populer dengan berbagai sebutan. Seperti ice breaker yang berarti pemanasan dan energizer berarti penyegaran.

Baca juga:  Relevansi Peran Guru PAI Sekolah Dasar di Era Artificial Intelligence

Metode smart game adalah segala kegiatan yang dapat menimbulkan kesenangan bagi anak yang dilakukan dengan sukarela tanpa paksaan dan tekanan dari luar (Hibana. S. Rahman). Metode bermain adalah cara atau pendekatan dengan bermain dalam belajar untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Permainan bisa dijadikan sebagai salah satu strategi pembelajaran, karena permainan memegang peranan penting bagi perkembangan anak.

Bermain adalah kegiatan yang dilakukan semata-mata untuk menimbulkan kesenangan. Hal ini senada dengan pendapat Piaget yang menjelaskan bahwa bermain terdiri atas tanggapan yang diulang semata untuk kesenangan fungsional. Pengertian ini membedakan antara bermain dengan bekerja, yang memiliki tujuan tertentu dan tidak harus menimbulkan kesenangan.

Elizabeth B. Hurlock, seorang pakar perkembangan anak mengungkapkan bahwa bermain memberi manfaat yang besar bagi perkembangan anak (Hamhor). Karena itu metode belajar melalui permainan ini dijadikan salah satu alternatif untuk dapat menstimulasi perkembangan kecerdasan anak dalam belajar.

Baca juga:  Pembelajaran Diferensiasi dengan Bu Pop Meningkatkan Pemahaman Siswa Materi Pubertas

Metode permainan juga digunakan untuk penciptaan suasana yang semula pasif menjadi aktif, kaku menjadi luwes, dan jenuh menjadi riang. Metode ini diarahkan agar tujuan belajar dapat dicapai secara efektif dan efisien dalam suasana gembira meskipun membahas hal-hal yang sulit.

Seperti yang telah dipraktekkan di SD Negeri 01 Kemuning Kecamatan Ampelgading Kabupaten Pemalang. Agar siswa-siswa dapat menguasai KD tentang mengerti makna iman kepada malaikat-malaikat Allah berdasarkan pengamatan terhadap dirinya dan alam sekitar, metode permainan Tepuk Malaikat dilakukan.

Langkah-langkah permainan Tepuk Malaikat di antaranya sebagai berikut. Pertama, guru membagikan hand out Tepuk Malaikat. Sebelum pembelajaran dimulai guru sudah mempersiapkan teks materi berupa hand out Tepuk Malaikat yang kemudian dibagikan kepada siswa.

Kedua, siswa melakukan permainan tepuk malaikat dengan bimbingan guru. Siswa dibantu oleh guru bersama-sama untuk mempraktikkan permainan tepuk malaikat sesuai perintah pada teks materi yang sudah dibagikan kepada siswa.

Baca juga:  Pembelajaran Diferensiasi dengan Bu Pop Meningkatkan Pemahaman Siswa Materi Pubertas

Ketiga, guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok. Setelah bersama-sama berlatih mempraktikkan permainan tepuk malaikat, kemudian siswa dibagi dalam beberapa kelompok kecil.

Keempat, siswa melakukan permainan tepuk malaikat antar kelompok dengan model tanya jawab. Melalui kelompok kecilnya siswa melakukan permainan tepuk malaikat antar kelompok dengan model tanya jawab secara bergantian. Kelompok yang satu menyebutkan nama malaikat-malaikat Allah, sedangkan kelompok lainnya menjawab tugas-tugasnya secara bergantian.

Setelah dilakukan secara berulang-ulang mulai dari permainan dengan kelompok kecil dan permainan dengan teman sebangku, maka guru bersama siswa melakukan refleksi dan kesimpulan dari materi yang sudah disampaikan pada siswa. Kemudian menanyakan kesulitan apa yang dialaminya dalam proses belajar mengajar. (*)