Oleh: Siti Slamet, S.Pd.I
Guru SD N 02 Samong, Kec Ulujami, Pemalang
GURU sebagai seorang desainer dalam pembelajaran berperan dalam menentukan berhasil tidaknya pencapaian tujuan pembelajaran. Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai guru dituntut untuk memiliki keterampilan dan dapat mengorganisasikan bahan sedemikian rupa sehingga bahan pelajaran menjadi menarik. Namun saat ini terdapat kecenderungan bahwa guru sering menggunakan strategi pembelajaran monoton yang kurang interaktif serta tidak bervariasi, hingga mengakibatkan kebosanan siswa dan mengurangi minat siswa dalam mempelajari PAI. Hal ini berdampak pada perolehan nilai siswa yang belum maksimal.
Kemampuan awal dan motivasi belajar siswa yang berbeda tentulah memerlukan perlakuan yang berbeda dalam proses pembelajarannya. Penggunaan strategi pembelajaran yang monoton tanpa inovasi serta kurang bervariasi yang diterapkan guru tidaklah mampu memberikan hasil yang signifikan dalam pencapaian kompetensi siswa. Ketidaktepatan dalam penggunaan metode atau strategi pembelajaran akan menimbulkan kejenuhan bagi siswa dalam menerima materi yang disampaikan sehingga materi kurang dapat dipahami yang akan mengakibatkan siswa menjadi apatis. Oleh karena itu, guru tidak hanya dituntut memiliki pengetahuan dan kemampuan mengajar, tetapi juga mewujudkan kompleksitas peran sesuai dengan tugas dan fungsi yang diembannya secara kreatif.
Asumsi sebagian besar siswa beranggapan bahwa mata pelajaran Pendidikan Agama Islam merupakan mata pelajaran yang menekankan kepada pembentukan pengetahuan, sikap dan keterampilan terutama dalam menjalani kehidupan beragama kesehariannya. Hal ini lebih dirasakan oleh siswa yang kurang memiliki kemampuan awal dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam serta kurang tinggi motivasi belajarnya. Syah (2010:88) mengutip Caplin menjelaskan definisi belajar yakni: (1) belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman, dan (2) belajar adalah proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan khusus. Setelah belajar seseorang akan memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai sebagai akibat dari pengalaman. Hal ini mengandung makna bahwa belajar menyangkut perubahan dalam perilaku dan keterampilan manusia yang dapat dipakai.
Definisi belajar merujuk kepada paparan di atas maka dapatlah disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang bersifat permanen sebagai akibat latihan dan pengalaman, berupa aktivitas mental yang berlangsung secara bertahap dan terarah dalam interaksi aktif dengan lingkungan. Hasil belajar di sekolah umum dijelaskan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam menyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan dengan memperlihatkan tuntunan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat.
Untuk mewujudkan persatuan nasionalstrategi pembelajaran induktif yang tepat digunakan dalam kegiatan pembelajaran, apabila: (1) peserta didik telah mengenal atau telah mempunyai pengalaman yang berhubungan dengan mata pelajaran tersebut, (2) materi yang akan diajarkan berupa keterampilan komunikasi antara pribadi, sikap, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan, (3) tenaga pengajar mempunyai keterampilan mendengarkan yang baik, fleksibel, terampil mengajukan pertanyaan, terampil mengulang pernyataan dan sabar, dan (4) waktu yang tersedia cukup panjang. Siswa yang bermotivasi belajar tinggi pasti terlihat berbeda jika dibandingkan dengan yang bermotivasi rendah. Demikian pula halnya dalam mengikuti pembelajaran Pendidikan Agama Islam, siswa memiliki motivasi belajar yang berbeda-beda antara siswa yang satu akan berbeda dengan siswa yang lain.
Siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi akan lebih termotivasi untuk belajar, mengolah informasi atau pengetahuan dan mengemukkaan ide dan pemikiran yang ada dibenaknya bila dibandingkan dengan siswa yang memiliki motivasi rendah. Mereka senantiasa memiliki semangat belajar yang tinggi, dan cenderung ingin mencari pengetahuan baru. Mereka juga cenderung lebih percaya diri dalam mengejar keberhasilan dalam belajar.
Di satu sisi, siswa yang bermotivasi belajar rendah cepat menyerah jika mengalami kesulitan dalam belajar, yang pada akhirnya mengakibatkan kurang baiknya hasil yang didapat dalam pembelajaran. Mereka mudah putus asa dan bersikap pasif hingga mengakibatkan prestasi belajarnya tertinggal dari siswa lainnya. Oleh karena itu, dengan strategi pembelajaran induktif, siswa yang bermotivasi tinggi akan merasa senang. Mereka tertantang untuk mendapatkan pengetahuan baru dalam pembelajaran, dan ini membuat mereka dapat meningkatkan hasil belajarnya. (*)