KUDUS, Joglo Jateng – Usaha mikro kecil menengah (UMKM) menjadi sektor yang kini banyak digiatkan masyarakat untuk meningkatkan daya ekonomi.
Divisi Sosial Masyarakat dan Lingkungan KKN MIT-16 UIN Walisongo Posko 120 melakukan kunjungan ke berbagai UMKM di Desa Krandon, Kecamatan Kota Kudus, pada Kamis (6/7).
Kunjungan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses pengelolaan UMKM, kesulitan-kesulitan yang dihadapi selama produksi, dan pendataan pelaku UMKM di Desa Krandon. Informasi tersebut diberikan oleh Kepala Desa Krandon, beberapa hari yang lalu.
Mahasiswa kemudian melakukan kunjungan untuk mengetahui proses pengelolaan UMKM ke rumah salah satu warga, yakni Juriah.
Juriah memproduksi tiga jenis tempe. Yakni kripik tempe, kripik pisang, dan kembang goyang. UMKM ini telah berdiri sejak 2020. Ia memasarkan produknya ke toko-toko, warung, dan pasar. Kemasannya pun beragam.
“Mulai dari kemasan ekonomis Rp 1 ribu hingga pesanan untuk acara besar besar. Seperti hajatan pernikahan dan kiloan,” ungkapnya.
Pada bulan Ramadhan ia mengaku selalu kebanjiran orderan, sehingga harus memproduksi kripik setiap hari tanpa henti hingga mendekati waktu Lebaran.
Kripik tempe, kata dia, menjadi produk pertamanya yang sudah memiliki sertifikat halal dan menjadi produk yang paling diingat masyarakat.
Sedangkan kembang goyang menjadi produk yang paling unik. Bentuknya dua kali lebih kecil sehingga dapat dimakan hanya dengan satu kali suapan. Cetakannya terdiri dari 4 lubang, sehingga proses produksinya menjadi lebih efektif.
Juriah mengaku, awal dirinya mendirikan usaha ini adalah karena ia resign dari pekerjaannya untuk mengurus anak dan pada 2020.
Kemudian dia mencoba memproduksi kripik hingga saat ini. Untuk saat ini, Juriah belum memasarkan produknya melalui media sosial.
“Kewalahan mbak, ini saja sudah sangat kewalahan sekali apalagi kalau nanti menerima orderan melalui media sosial,” tuturnya pada mahasiswa. (*/mg4)