MENDAPATKAN dukungan dari orang terdekat dalam mengasah keahlian dirasakan oleh Tyara Marshanda Putri (21). Mahasiswa UNDIP Semarang yang menggeluti dunia MC atau moderator ini dalam setiap prosesnya selalu didamping ibunda tercintanya. Ia melihat ibunya sebagai role model untuk menjadi MC profesional.
Perempuan yang lahir di Kota Cilegon, Banten ini menceritakan bahwa dukungan orang tua selalu ia dapatkan sedari kecil, hingga saat ini. Dari itu, Tyara sering mendapatkan berbagai prestasi dari baca puisi, lomba bercerita, dokter kecil Nasional, hingga duta anak Indonesia 2018 kemarin. Dengan bekal dan dukungan dari orang tua yang memang berprofesi sebagai seorang MC itulah, membuat Tyara berani masuk dunia yang sama.
“Alhamdulillah dukungan orang tua sangat baik untuk saya pribadi, dan sebagai seorang MC saya sangat mengidolakan ibu saya sendiri. Karena dari dulu sering ikut beliau MC dan diajari juga. Jadi saya ingin seperti ibu saya,” ucapnya, Minggu (9/7/23).
Dirinya yang pernah menjadi seorang penyiar radio dan seni teater itu mengaku memulai menjadi MC secara profesional saat berada di bangku perkuliahan. Dengan skill yang dimiliki, Tyara sering dipilih untuk menjadi MC di acara resmi dari kampusnya sendiri, perusahaan, hingga kementerian dan KPK.
Menjadi seorang MC menurutnya hal yang cukup mudah dan semua orang bisa melakukannya. Namun bgutuh modal mental yang kuat serta berani muncul di depan umum merupakan kunci utamanya. Selain itu mereka juga harus bisa mempunyai skill berbicara di depan orang banyak.
“Kalau saya biasanya sering baca dan liat video di Youtube para MC atau moderator yang udah jago, yah sebagai literasi belajar jadi MC. Kalau soal mengatasi tegang saat manggung biasanya saya selalu minum air putih sebelumnya dan tarik nafas, ini bisa menjaga konsentrasi agar mampu menguasai panggung,” ucapnya.
Lebih lanjut, ia memberikan satu kunci suksesnya yaitu berani belajar dan tidak takut salah. Kesalahan yang ada merupakan pembelajaran yang berharga untuk bisa naik ke tingkat selanjutnya.
“Kalau kata ibu, kita butuh satu langkah mundur (belajar dari kesalahan) untuk bisa maju seribu langkah kedepan,” pungkasnya. (fan/gih)