Belajar Gaya Lebih Mudah dengan Jigsaw

Oleh: Kuwiyah, S.Pd.SD
Guru SD N 02 Limbangan, Kec. Ulujami, Kab. Pemalang

ILMU pengetahuan alam dan sosial (IPAS) dalam Kurikulum Merdeka adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang makhluk hidup dan benda mati di alam semesta serta interaksinya. Di samping itu, mengkaji kehidupan manusia sebagai individu sekaligus sebagai makhluk sosial yang berinteraksi dengan lingkungannya.

Pemahaman ini dapat dimanfaatkan untuk mengidentifikasi berbagai permasalahan yang dihadapi dan menemukan solusi untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Namun, berdasarkan hasil observasi awal di kelas IV SD Negeri 02 Limbangan menunjukkan bahwa siswa kurang menguasai materi IPAS. Salah satunya dalam materi Gaya.

Pemkab Demak

Berdasarkan hasil refleksi, penyebab rendahnya hasil belajar IPAS adalah faktor guru dan siswa. Siswa kurang antusias dalam menerima pelajaran. Sedangkan guru tidak mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.

Penggunaan metode dalam proses belajar mengajar sangat penting. Yaitu membantu siswa belajar dan mengembangkan potensinya seoptimal mungkin. Jigsaw menjadi salah satu metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa materi Gaya.

Metode jigsaw adalah salah satu tipe pembelajaran aktif yang terdiri dari tim-tim belajar heterogen beranggotakan empat sampai lima orang. Materi pembelajaran yang diberikan kepada siswa berupa teks dan setiap anggota bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari (Aryani, 2015).

Tiap siswa mempelajari setiap bagian yang bila digabungkan akan membentuk pengetahuan yang padu. Para anggota dari kelompok asal yang berbeda bertemu dengan topik yang sama dalam kelompok untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut.

Setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian kembali kepada kelompok asal. Kemudian berusaha mengajarkan pada teman sekelompoknya, apa yang mereka dapatkan saat pertemuan di kelompok ahli.

Prosedur jigsaw dalam pembelajaran diawali dengan guru memilih materi yang dapat dibagi menjadi beberapa segmen/bagian. Selanjutnya, guru membagi siswa menjadi beberapa beberapa kelompok-kelompok kecil sesuai dengan segmen materi.

Dalam metode jigsaw terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal adalah kelompok awal siswa terdiri dari beberapa anggota kelompok ahli yang dibentuk dengan memperhatikan keragaman dan latar belakang. Sedangkan kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok lain yang ditugaskan untuk mendalami sub topik tertentu untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.

Berikutnya, setiap kelompok mendapat tugas membaca dan memahami materi atau sub topik yang berbeda-beda. Setiap kelompok asal mengirimkan anggotanya ke kelompok lain atau kelompok ahli.

Di dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama. Kemudian setiap anggota merencanakan bagaimana mengajarkan sub topik yang menjadi bagian anggota kelompoknya semula.

Setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan mengajarkan pada teman sekelompoknya pengetahuan apa yang telah mereka dapatkan saat pertemuan di kelompok ahli. Terakhir, setiap kelompok diwajibkan untuk melakukan presentasi agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan.

Pembelajaran metode jigsaw ini mempunyai beberapa kelebihan antara lain memacu siswa untuk berpikir kritis serta melatih keterampilan siswa dalam berkomunikasi. Yaitu memaksa siswa untuk membuat kata-kata yang tepat agar dapat menjelaskan kepada teman yang lain, sehingga membantu siswa mengembangkan kemampuan sosialnya.

Dalam kegiatan diskusi, semua siswa dituntut menjadi aktif. Selain kelebihan-kelebihan di atas, metode jigsaw ini juga mempunyai beberapa kelemahan. Di antaranya kegiatan belajar mengajarnya membutuhkan lebih banyak waktu dibanding metode ceramah. Selain itu, guru juga membutuhkan konsentrasi dan tenaga lebih ekstra karena setiap kelompok membutuhkan penanganan yang berbeda-beda. (*)