Oleh: Kusdiyanto, S.Pd SD.
Guru SDN 03 Pegundan, Kec. Petarukan, Kab. Pemalang
GURU sangat berpengaruh dalam kegiatan pembelajaran di kelas dan kegiatan siswa secara individu. Keahlian guru dalam memilih dan menerapkan suatu strategi dan metode yang digunakan dalam proses pembelajaran akan sangat menentukan dalam keberhasilan mencapai tujuan.
Pemilihan strategi dan metode pembelajaran yang akan digunakan harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, karakteristik siswa, materi/bahan ajar, waktu, situasi dan kondisi. Kemudian media, fasilitas yang tersedia, juga kemampuan, serta kepiawaian guru dalam menggunakan strategi, metode, dan media yang ada.
Mengingat usia sekolah dasar secara psikologis masih gemar bermain, maka keinginan tersebut diupayakan walaupun sambil bermain tetapi mereka tetap belajar. Hal itu dilakukan agar dalam proses pembelajaran, siswa tidak merasa bosan.
Belajar sambil bermain akan lebih menyenangkan bagi siswa sekolah dasar. Oleh karena itu, guru kelas VI SD Negeri 03 Pegundan menerapkan metode pembelajaran kooperatif dengan teams games tournament (TGT) pada pelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA).
TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan lima sampai enam orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku atau ras yang berbeda. Menurut Slavin, pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri atas lima langkah tahapan. Yaitu tahap penyajian kelas (class precentation), belajar dalam kelompok (teams), permainan (games). Lalu pertandingan (tournament), dan penghargaan kelompok (team recognition) (Winastwan dan Sunarto, 2010).
Menurut Saco dalam Rusman (2010), dalam TGT siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing. Permainan dalam TGT dapat berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditulis pada kartu-kartu yang diberi angka
Adapun langkah-langkahnya diawali dengan siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menyiapkan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja didalam tim mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut.
Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis. Pada waktu kuis ini mereka tidak dapat saling membantu. Aturan (skenario) permainan, dalam satu permainan terdiri dari kelompok penantang I, kelompok penantang II, dan seterusnya sejumlah kelompok yang ada.
Kelompok pembaca, bertugas: 1) Ambil kartu bernomor dan cari pertanyaan pada lembar permainan. 2) Baca pertanyaan dengan keras. 3) Beri jawaban. Kelompok penantang pertama bertugas menyetujui pembaca atau memberi jawaban yang berbeda. Sedangkan kelompok penantang kedua menyetujui pembaca atau memberi jawaban yang berbeda dan mengecek lembar jawaban. Kegiatan ini dilakukan secara bergilir (games ruler).
Penerapan model ini dengan cara mengelompokkan siswa heterogen, tugas tiap kelompok bisa sama bisa berbeda. Setelah memperoleh tugas, setiap kelompok bekerja sama dalam bentuk kerja individual dan diskusi. Usahakan dinamika kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar kelompok, suasana diskusi nyaman dan menyenangkan seperti dalam kondisi permainan (games).
Metode pembelajaran TGT yang diterapkan pada bidang studi IPA mampu meningkatkan hasil belajar (pencapaian akademik). Di samping itu meningkatkan keterlibatan atau aktivitas siswa, menambah motivasi, dan percaya diri serta menambah rasa senang di sekolah.
Siswa menjadi tidak bosan di dalam kelas, belajar lebih rileks, menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat, dan keterlibatan belajar. Dalam mengajar sangat diperlukan pemilihan metode yang tepat untuk setiap bidang study yang diajarkan. Motode pembelajaran TGT menjadi salah satu referensi dalam pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar yang maksimal. (*)