Strategi Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Pembelajaran Berdiferensiasi

Oleh: Slamet, S.Pd., M.Pd.
Kepala Sekolah SD N 02 Klegen, Kec. Comal, Kab. Pemalang

SECARA sederhana, kepala sekolah  didefinisikan sebagai seorang tenaga fungsional guru yang diberi fungsi untuk memimpin suatu sekolah yang menyelenggarakan proses belajar mengajar.  Kepala sekolah atau satuan pendidikan lainnya memiliki peran sangat penting dalam pelaksanaan proyek pelajar Pancasila di Kurikulum Merdeka. Salah satu peran kepala sekolah yang penting dalam implementasi kurikulum merdeka. Yaitu mengembangkan kegiatan pembelajaran berdiferensiasi.

Menurut Tomlinson (2021:45), pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas dengan tujuan memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid. Pada dasarnya, pembelajaran berdiferensiasi memungkinkan setiap guru untuk bertemu dan berinteraksi dengan murid pada tingkat yang sebanding dengan tingkat pengetahuan mereka untuk kemudian menyiapkan preferensi belajar mereka.

Pembelajaran berdiferensiasi memiliki tujuan untuk menciptakan kesetaraan belajar bagi semua murid. Singkatnya, pembelajaran berdiferensiasi adalah proses pembelajaran yang dibuat sedemikian rupa. Sehingga murid merasa tertantang untuk belajar.

Baca juga:  Relevansi Peran Guru PAI Sekolah Dasar di Era Artificial Intelligence

Konsep pembelajaran yang mengakomodasi kanekaragaman kondisi murid sebenamya juga telah menjadi perhatian pedagogis sejak lama. Konsep itu menyatakan, tiap murid itu unik, karena tidak ada yang sama persis dalam segala kondisi.

Semua murid berbeda baik dalam kondisi fisik maupun psikisnya. Begitu pula di dalam pedagogis juga selalu ditekankan, murid memiliki ciri individual yang membedakan antara murid satu dan yang lain. Guru perlu memahami ciri-ciri individual murid ini agar dalam mengajar dapat menyesuaikan dengan ciri-ciri individual itu.

Walaupun keanekaragaman murid di kelas telah disadari dalam pedagogis sejak lama, dalam proses pembelajaran sesuai dengan pencapaian mengajar selama ini, perhatian terhadap kondisi itu belum maksimal. Sistem pembelajaran klasikal dengan seorang guru menghadapi sekitar 30 murid atau lebih, kurang bisa mangakomodasi keberagaman tersebut.

Melihat fakta ini, maka implementasi dari pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi ini tidaklah mudah. Karena guru harus mampu menyiapkan beragam materi pembelajaran sekaligus instrumen penilaiannya.

Baca juga:  Pembelajaran Diferensiasi dengan Bu Pop Meningkatkan Pemahaman Siswa Materi Pubertas

Dari hasil supervisi yang dilakukan oleh Kepala SD Negeri 02 Klegen, ditemukan beberapa permasalahan dalam kegiatan pembelajaran berdiferensiasi. Yaitu guru juga kesulitan mengakomodasi keragaman murid.  Guna mengatasi permasalahan tersebut, kepala sekolah sebagai manajer, motivator, educator, dan supervisor perlu merancang berbagai strategi yang relevan untuk mengatasinya.

Pertama, kepala sekolah membuat langkah-langkah manajemen yang meliputi pembentukan tim proyek kurikulum merdeka. Termasuk juga pembentukan tim pengawas proyek. Kedua, membangun komunikasi dan kolaborasi antara orang tua murid, warga satuan pendidikan, dan narasumber proyek yang meliputi masyarakat, komunitas, universitas, praktisi, dan sebagainya.

Ketiga, menyiapkan fasilitas lingkungan sekolah yang kondusif untuk pembelajaran di dalam maupun di luar kelas sekitar sekolah. Termasuk juga fasilitas menggunakan multimetode, multimedia, dan multisumber. Langkah ini sangat penting. Sebab penerapan metode, media, dan sumber belajar yang bervariasi dapat mangakomodasi berbagai tipe belajar murid. Baik tipe visual, audio, maupun kinestetik.

Baca juga:  Relevansi Peran Guru PAI Sekolah Dasar di Era Artificial Intelligence

Langkah keempat yaitu mengembangkan komunitas praktisi di satuan pendidikan untuk peningkatan kompetensi pendidik yang berkelanjutan. Mencakup kegiatan pengembangan diri dan kegiatan publikasi.

Kelima, kepala sekolah wajib melakukan coaching secara berkala bagi pendidik. Coaching yang dimaksud meliputi kegiatan pembinaan terhadap guru dalam hal merancang pembelajaran, menyusun asesmen diagnostik dan formatif, serta mengembangkan penilaian sikap.

Langkah terakhir yang perlu dilakukan oleh kepala sekolah yaitu mengelola proyek berpusat pada murid. Yaitu merencanakan, melaksanakan, merefleksikan, dan mengevaluasi pengembangan proyek serta asesmen yang berpusat pada murid.

Strategi tersebut diharapkan mampu meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran berdiferensisi. Dengan meningkatnya kemampuan guru, maka guru dapat menjadi fasilitator yang berorientasi kepada pemenuhan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan murid. (*)