Oleh: Setyo Nugroho, S.Pd., M.Pd.
Guru Biologi, SMA N 1 Demak
BEBERAPA tahun pelaksanaan Kurikulum Merdeka telah membawa banyak solusi dan tantangan pemenuhan proses interaksinya. Sebagai bagian dari pelaku sekaligus penggiat pembelajaran, guru memiliki tantangan untuk dapat mengelola pembelajaran yang benar-benar memenuhi kebutihan dan berpusat pada murid. Peran aktif guru dinilai penting untuk terus dan terus tergerak bergerak dan menggerakan semua potensi diri dan berkolaborasi dengan murid demi tercapainya tujuan pembelajaran seutuhnya.
Pelaksanaan pembelajaran di Kurikulum Merdeka di akhir semester perlu ada evaluasi dan manajemen pembelajaran. Yakni mengenai bagaimana pemilihan topik Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) khususnya mata pelajaran Biologi. Hal itu dilakukan, agar dapat menyesuaikan kekuatan dan potensi dari murid.
Salah satu hal yang dapat menjadi sebuah gagasan implementatif adalah dengan membudayakan P5 dengan Market Sains. Kolaborasi antara sains dan marketing bukan lagi hal yang mustahil. Mengingat, saat ini bidang penelitian neuromarketing tengah dikembangkan.
Neuromarketing merupakan bidang yang menggabungkan antara neuroscience (ilmu yang mempelajari anatomi dan fisiologi bagian otak) dan perilaku konsumen (consumer behavior) dalam marketing. Tujuannya untuk mengetahui bagian otak yang dapat memengaruhi pengambilan keputusan konsumen.
Penulis mengambil sisi lain dalam penerapan market sains biologi dalam P5. Sejak awal murid dibudayakan berfikir kritis melalui tingkatan berfikir C4 dan seterusnya. Di samping itu, ada produk sains yang dapat dihasilkan dalam karya murid selama proses kegiatan P5. Murid tidak hanya mempunyai jiwa entepreneurship, tetapi harus memiliki kemampuan ide-ide kreatif solutif tentang materi yang dipelajari.
Christopher Leblanc dalam artikelnya yang berjudul How Neuromarketing Breaks the Barrier on Consumer Testing mengatakan bahwa dalam proses pengambilan keputusan manusia (termasuk emosi), komponen terbesarnya terjadi secara tak sadar dan diatur oleh sistem limbik di otak. Bagaimana memparafrasekan semua ide-ide tersbut untuk menjadi katalis terciptanya produk sains bagi murid.
Guru biologi dapat memfasilitasi kerja individu ataupun kelompok ini dengan banyak mengambil referensi dari jurnal atau pangkalan resmi seperi jurnal Ristekdikti, Garba Garuda, dll. Mengapa ini sangat perlu dilakukan? Murid sudah sejak dini dikelas X mengenal jurnal penelitian seperti ini untuk dapat berfikir kritis dan mengambil keputusan yang tepat terhadap bahan P5 apa saja yang dapat dibutuhkan.
Jika semua interaksi ini terjadi, maka praktek pelaksanaan kegiatan P5 dengan berbagai tema apapun dapat dikemas dan terintegrasi dalam Market Sains, dengan produk karya karya murid inovatif. Tujuan akhirnya memberikan pengalaman kontekstual pembelajaran, sekaligus menciptakan budaya positif menjadi murid peneliti.
Penulis yakin kalau konsep dan ide pemanfaaatan P5 biologi dengan market sains ini dapat menjadi role model interaktif pengelolaan dan manajemen berfikir kritis murid di sekolah. Daya dukung seorang guru sebagai fasilitator dan dinamisator sungguh merupakan bentuk langkah nyata memberikan sebuah percepatan pembelajaran yang bermakna.
Banyak hal yang bisa digali dari Market Sains ini. Di antaranya mengidentifikasi tujuan dari masing-masing tema di P5. Kemudian ada langkah rencana aktivitas dan produk apa yang dapat dimasukan sebagai bahan bagi mengkatalis ide kreatif murid. Pelaksanaaan P5 dapat dikemas secara solutif. Sains tidak hanya produk kerajinan dan makanan. Tetapi semua dikemas dalam produk sains untuk menjadi kebaruan.
Proses penyampaian Market Sains dapat dilakukan dengan berbagi antar kelompok serta diseminasi pleno dari masing-masing kelompok. Jika hal ini dapat diciptakan, maka sungguh akan terjadi lompatan bersar berfikir dan berkreasi menuju pembelajaran biologi yang unik, menyenangkan, berhasil guna, dan kompetiitif. Semua bisa jika kita biasa. Karena dari bukan apa-apa menjadi hal yang luar biasa. (*)