Oleh: Theophilus Aris Widodo, S.Pd.
Guru Matematika SMPN 1 Pemalang
MATEMATIKA sering dianggap pelajaran yang paling sulit di sekolah. Lalu bagaimana siswa dapat lebih mudah memahami mata pelajaran matematika ketika mereka sendiri takut bahkan mendengar kata matematika. Selain itu, ketakutan siswa terhadap matematika juga memengaruhi guru yang mengajar mata pelajaran matematika. Di mana siswa merasa bahwa guru matematika diakui sebagai guru kolot yang tidak suka bercanda.
Dalam proses belajar mengajar di dunia pendidikan, guru merupakan salah satu unsur yang sangat penting. Posisi guru dalam penyelenggaraan pendidikan merupakan hal yang paling penting. Seorang guru tugasnya mengajar, membina, dan mendidik siswa agar memiliki pengetahuan, keterampilan, akhlak mulia dan berpikir cerdas, tanpa siswa takut kepada gurunya.
Sebagai seorang guru matematika di SMPN 1 Pemalang, saya ingin siswanya mampu berpikir kreatif ketika belajar matematika dengan bantuan model pembelajaran yang tepat. Salah satu model pembelajaran yang saya terapkan pada mata pelajaran matematika Teorema Pythagoras adalah model pembelajaran kontekstual. Yakni pendekatan pembelajaran yang membantu guru menghubungkan apa yang diajarkan dengan situasi nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang mereka terima dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari (Nurhadi, 2002).
Teorema Pythagoras adalah materi yang dipelajari siswa sekolah menengah kelas 8. Dengan menggunakan materi ini, siswa akan mengenal konsep Pythagoras dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Mempelajari teorema Pythagoras penting karena merupakan konsep dasar untuk menghitung konsep matematika dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Rumus Pythagoras adalah cara menghitung sisi segitiga siku-siku, di mana segitiga siku-siku memiliki tiga sisi. Yaitu sisi alas, sisi atas, dan sisi miring.
Kegiatan guru dalam model pembelajaran kontekstual terdiri dari membagi siswa menjadi kelompok-kelompok yang terdiri dari maksimal lima orang. Kemudian menyajikan pelajaran, memberikan tugas kelompok yang dapat dikerjakan oleh anggota kelompok, bereksperimen, merefleksi, dan membuat kesimpulan. Siswa membentuk kelompok dan anggota yang mengerti menjelaskan kepada anggota lainnya sampai semua anggota kelompok mengerti.
Untuk memahami konsep Teorema Pythagoras, perlu menghubungkan Teorema Pythagoras dengan kehidupan nyata. Hal ini sejalan dengan pembelajaran kontekstual karena pendekatan kontekstual menekankan penerapan materi dalam kehidupan nyata. Misalnya siswa ditugaskan untuk menghitung kemiringan tangga yang bersandar pada sebuah pohon mangga di halaman sekolah.
Saat mempelajari materi Pythagoras, beberapa siswa menghafal rumus Pythagoras tanpa memahami dari mana rumus itu berasal. Siswa hanya mengetahui bahwa Teorema Pythagoras adalah c2 = a2 + b2, tetapi mereka tidak memahami apa itu a, b dan c. Oleh karena itu, saat mengerjakan soal Pythagoras, siswa sering menemui kesalahan saat memasukkan bilangan ke dalam rumus Pythagoras.
Dalam materi Pythagoras saya menggunakan tangga bersandar pada pohon mangga untuk memahami sisi-sisi rumus Pythagoras. Tangga tersebut bertumpu pada pohon disebut sebagai sisi yang miring, pohon mangga disebut sebagai sisi yang tinggi, dan tanah disebut sebagai sisi alas.
Dengan cara ini, siswa memahami dengan jelas materi Pythagoras berdasarkan pengamatan nyata. Kegiatan pembelajaran seperti ini dapat digolongkan sebagai pembelajaran dengan model kontekstual. Dengan kegiatan pembelajaran kontekstual, siswa dapat memperoleh pengamatan dari informasi yang diberikan oleh guru dan menerapkannya dalam kehidupan nyata siswa. (*)