Kendal  

Cegah Paham Radikalisme, Mahasiswa KKN UIN Walisongo Adakan Seminar Moderasi Beragama

Mahasiswa KKN MIT ke-16 Posko 46 UIN Walisongo
CEGAH RADIKALISME: Mahasiswa KKN MIT ke-16 Posko 46 UIN Walisongo bersama peserta seminar moderasi beragama. (DOK. PRIBADI/JOGLO JATENG)

KENDAL, Joglo Jateng – Mahasiswa KKN MIT ke-16 Posko 46 UIN Walisongo Semarang mengadakan seminar moderasi beragama dengan tema Mencegah Paham Radikalisme demi Memperkuat Generasi Milenial di Era Digital di Balai Desa Putatgede, Kecamatan Ngampel, Kabupaten Kendal, pada Senin (07/08/2023), pukul 10.00 hingga 12.00.

Seminar ini diadakan karena kecemasan mahasiswa KKN MIT Posko 46 UIN Walisongo Semarang akan maraknya paham radikalisme yang belakangan ini menjadi ancaman bagi persatuan Bangsa Indonesia, ditandai dengan munculnya konflik-konflik, terjadinya perpecahan, dan sikap ekstrem dalam praktik beragama.

Mahasiswa menghadirkan Direktur Penerbit Digdaya Book sekaligus Staf Ahli DPRD Provinsi Jawa Tengah, Muhammad Syafiq Yunensa, M. Pd. Ia memaparkan materi tentang bahaya radikalisme, dampak dari konflik agama, dan pemahaman mengenai moderasi beragama.

“Moderat merupakan cara seseorang beragama. Masalah-masalah yang terjadi dalam konflik agama bermula karena adanya intoleransi terhadap agama lain, dan konflik ini bisa menyebabkan kerusakan yang besar. Maka dari itu, mari kita tegakkan sikap moderasi beragama agar kita tidak mudah terpengaruh paham radikalisme yang kini kian marak,” ajaknya.

Sementara itu, ketua panitia seminar moderasi beragama, Muhammad Naharudin Farid mengungkapkan bahwa seminar ini bertujuan untuk mencegah paham radikalisme dan menguatkan sikap moderasi beragama bagi peserta yang mengikuti seminar.

“Semoga dengan diadakannya kegiatan ini dapat membawa perubahan peserta seminar dalam memaknai konsep moderasi beragama,” harapnya.

Seminar diikuti oleh berbagai peserta mulai dari mahasiswa hingga masyarakat umum. Dengan mengikuti seminar moderasi beragama ini, kata Naharudin, peserta seminar diharapkan tidak mudah terjerumus dalam paham radikalisme karena telah memiliki pemahaman yang tepat mengenai moderasi beragama. (*/mg4)