SLEMAN, Joglo Jogja – Seyegan menjadi salah satu kapanewon sempat memiliki angka stunting tinggi di Kabupaten Sleman. Namun setelah dilakukan berbagai macam program, kasus stunting di wilayah tersebut sukses mengalami penurunan selama tiga tahun berturut-turut.
Panewu Kapanewon Seyegan, Samino mengatakan, berbagai upaya penurunan stunting telah dilakukan di wilayahnya. Pihaknya juga mencoba memetakan data stunting berdasarkan kondisi ekonomi keluraga untuk menentukan pendekatan yang tepat dalam mengentaskan stunting.
“Alhamdulillah, Kapanewon Seyegan mengalami penurunan angka stunting dalam tiga tahun terakhir,” katanya, Senin (7/8/23).
Tercatat pada tahun 2021, data stunting di Seyegan berada pada angka 8,1%. Sementara pada 2022 presentasenya turun menjadi 7,5%, dan pada tahun 2023 kembali mengalami penurunan hingga tercatat di angka 6,9%.
Upaya penurunan stunting akan terus dilakukan. Saat ini, pamong Kapanewon Seyegan juga sudah merintis Gerakan Jumat Berkah Bantu Stunting.
“Gerakan ini diwujudkan dalam bentuk infak. Dan berdasarkan laporan pada hari Jumat lalu, upaya ini menghasilkan dana Rp 1,7 juta. Nantinya, hasil gerakan ini akan dimanfaatkan untuk membantu anak stunting khususnya dari keluarga kurang mampu,” jelasnya.
Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kabupaten Sleman, Danang Maharsa memberi apresiasi terhadap keberhasilan Kapanewon Seyegan dalam menurunkan angka stunting dalam tiga tahun terakhir. Kendati begitu, Danang tetap mendorong Kapanewon Seyegan untuk terus berinovasi dalam mencegah stunting.
“Stunting tak selalu berkaitan dengan kemiskinan. Sebab masih ada keluarga dengan ekonomi baik yang masuk dalam kategori keluarga stunting,” terangnya.
Danang juga mengimbau agar masyarakat turut memberikan perhatian terhadap kesehatan keluarga. Yakni dengan pola asuh keluarga yang sehat serta pemenuhan gizi yang cukup. Kemudian memberikan pemahaman dalam mendidik anak, sehingga akan lahir pula anak yang sehat dan sejahtera.
“Mari kita tingkatkan kesadaran dan pemahaman orang tua terhadap kesehatan anak. Silakan memanfaatkan fasilitas kesehatan di puskesmas terdekat. Dengan begitu stunting dapat dicegah sedini mungkin,” ajaknya.
Sementara itu, Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo menegaskan, program penanganan stunting perlu dilakukan dengan serius. Untuk menyukseskannya, diperlukan dukungan dari seluruh elemen, baik pihak TNI, Polri, kader Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), maupun masyarakat.
Kustini menambahkan, pihaknya juga telah menerima intensif fiskal dari Kementerian Keuangan dan Kementerian Dalam Negeri sebesar Rp 10,02 milyar. Pemanfaatan intensif tersebut salah satunya akan diarahkan dalam upaya penurunan angka stunting.
Bupati mengimbau, agar para kader turut menyosialisasikan pentingnya pencegahan stunting sejak dini. Hal ini termasuk dengan melakukan pengawasan kesehatan kepada remaja putri dan calon pengantin.
“Upaya untuk memutus rantai stunting tak hanya dilakukan dengan perbaikan gizi anak. Namun juga dengan memastikan kesehatan calon orang tua dalam keadaan baik,” pungkasnya. (bam/mg4)