NYAI Sombro dikenang memiliki kesaktian membuat keris hanya dengan jari. Kisah ini coba dipertahankan sebagian masyarakat Desa Kayen Kabupaten Pati.
Dalang Tri Luwih Winarto bercerita tentang kemampuan Nyai Sombro dalam membuat keris. Ia yakin keahlian tokoh perempuan itu karena latar belakang keluarganya sebagai Empu di Era Majapahit.
Dari penuturannya, Nyai Sombro besar bersama ketiga saudara lelakinya yang merupakan Empu semuanya. Yakni Empu Darmoyono, Empu Darmoyoso dan Empu Joko Suro.
“Cara pembuatan keris ala Nyai Sombro berbeda dengan Empu lainnya. Nyai Sombro tidak menempa dengan api, melainkan hanya memijatkan jari ke bilah besi hingga berbentuk pipih. Sehingga keris yang dihasilkan cenderung berbentuk pisau dapur dengan bekas pijatan tangan,” tuturnya, belum lama ini.
Ia juga menjelaskan bahwa bilah keris buatan Nyai Sombro tampak sederhana tanpa adanya ornamen apapun. Dengan panjang kurang dari 20 centimeter.
Selain kemampuan membuat keris, Nyai Sombro juga dikenal sebagai penyebar agama islam di wilayah tersebut. Perjalanannya dari kerajaan Pajajaran ke Majapahit untuk mencari para kakaknya ditengarai sebagai awal mula penyebaran Islam di Kayen.
Seperti yang diceritakan oleh Ketua Yayasan Miyono, Nur Rochmad. Diceritakannya, Nyai Sombro mendapat perintah ayahnya, Empu Supo, untuk pergi ke wilayah Kayen atau yang lebih di Miyono pada tempo dulu.
Hingga akhirnya, Nyai Sambro menetap di tempat tersebut untuk menyebarkan Islam bersama Ki Ageng Dharmoyono. “Salah satu tugas Nyai Sombro di Kayen ini. Setelah pulang dari Majapahit agar menetap di Kayen ini,” cerita dia.
Nyai Sombro juga meninggalkan warisan berupa situs candi berbetuk persegi. Terbuat dari batu bata merah, candi tersebut diyakini sebagai tempat Nyai Sombro membuat keris.
Dengan adanya peninggalan itu, Nur Rochmad kemudian mengajak sejumlah orang untuk memperingati kisah itu dalam sebuah haul beberapa hari lalu. Kegiatannya mulai dari pawai makam ke situs candi dengan diiringi tabuhan suara kenong, menyucikan ribuan keris hingga doa bersama menjadi kegiatan haul perdana tersebut.
Dia berharap acara itu akan menjadi agenda rutin mereka setiap tahun. Selain mengingat jasa Nyai Sombro, acara itu diharapkan untuk melestarikan budaya setempat.
“Acara ini diharapkan untuk melestarikan budaya di sini. Setidaknya tadi ada seribu pusaka yang kami bawa dan sucikan. Sebagai besar memang karya dari Nyai Sombro,” tandasnya. (lut/gih)