SLEMAN, Joglo Jogja – Pimpinan Wilayah (Pimwil) Tapak Suci Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyelenggarakan Jambore Nasional Tapak Suci Kader dan Pendekar. Acara yang berlangsung di Jaka Garong Turi Sleman, pada 18-20 Agustus 2023 ini bertujuan untuk mempererat tali silaturahmi dan meningkatkan keilmuan para peserta.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Tapak Suci (PPTS) Afnan Hadikusumo mengatakan, dirinya telah telah membuat road map untuk dapat mengembangkan organisasinya di tengah arus globalisasi. Karena ia tahu, banyak perguruan pencak silat yang tutup karena tidak memiliki murid.
“Ini dikarenakan di era globalisasi tuntutan kualitas sangat tinggi. Dan untuk Tapak suci memiliki dua ciri khas yaitu dari aspek keilmuan dan organisasi. Sehingga itu yang menyelamatkan kita hingga saat ini,” ungkapnya di Joko Gorong Turi Sleman, beberapa waktu lalu.
Ia menambahkan, dalam aspek keilmuan, Tapak Suci memiliki dasar ilmu dari Banjaran (Banjarnegara). Jenderal Soedirman serta Kiai Busyro Syuhada dulunya adalah murid perguruan itu.
“Alhamdulillah, untuk meningkatkan keilmuan ini diadakan Jambore Nasional Tapak Suci Putera Muhammadyah yang merupakan program Pimwil Tapak Suci DIY yang bekerja sama dengan pelatih-pelatih yang berpengalaman, untuk melakukan traning of trainer (ToT),” jelasnya.
Pimpinan Ketua Umum Daerah 03 Kabupaten Sleman, Dwi Yulianto mengungkapkan, sebelumnya Jambore Nasional pernah dilaksanakan di Sinolewah Cangkringan pada 2016 dengan peserta sekitar 300 orang. Kemudian kali ini dilakukan kembali dengan peserta 136 orang, yang terdiri dari 102 peserta putra dan 34 putri. Sebanyak 94 di antaranya adalah pendekar dan 42 lainnya kader.
“Kegiatan itu diikuti oleh (peserta dari, Red.) 13 provinsi di Indonesia, dengan 39 pimpinan daerah, serta terdapat pimpinan dari luar negeri yaitu Mesir,” tuturnya.
Kegiatan kali ini, kata dia, dilakukan untuk mempererat tali silaturahmi antaranggota Tapak Suci. Acara ini juga menghadirkan pemateri dari pendiri pencak silat Tapak Suci di Jerman, Joko Suseno. Para peserta memperdalam kelimuan Tapak Suci yang selalu metodis, dinamis, dan berkembang.
“Sehingga pada tanggal 18-20 itu kita melakukan keilmuan ragawi dengan 8 jurus. Seperti Katak, Naga, Mawar, Lembu, Merpati, Harimau, Ikan Terbang, dan Rajawali,” imbuh Dwi.
Ia berharap agar kegiatan jambore ini bisa terus berlanjut, dan Yogyakarta bisa menjadi tempat menggali ilmu secara lebih luas. Serta, Tapak Suci dapat memberikan sumbangan yang besar terutama dalam prestasi. Karena keberadaannya telah diakui oleh The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) sebagai warisan budaya dunia.
Sementara itu, Joko Suseno mengatakan, sebelum di kirim ke Jerman dirinya pernah dikirim oleh Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) untuk keliling Eropa. Antara lain ke Jerman, Spanyol, Belgia, Austria, dan Belanda pada tahun 1990. Setelah berkeliling Eropa dirinya dihubungi oleh orang Jerman untuk mengembangkan pencak silat di tahun 1998 karena disana membutuhkan sumber ilmu asli dari Indonesia.
“Untuk saat ini murid Tapak Suci dari tingkat anak-anak hingga dewasa ada 50 orang. Itu sudah termasuk banyak,” paparnya.
Joko berharap agar pencak silat di Jerman bisa berkembang. Sementara untuk pencak silat yang berada di Indonesia bisa memanfaatkan teknologi seperti menggunakan latihan secara online.
“Pada pandemi covid lalu kami melopori latihan secara online. Karena dari beberapa negara dari Jerman, Indonesia, Mesir, dan Singapura menggunakan webinar dan itu dapat berlanjut hingga sekarang,” pungkasnya. (riz/mg4)