SETIAP orang memiliki prinsip hidup masing-masing, begitupun dengan Lala Aulia. Ia berprinsip, hidup mengalir. Hingga pada akhirnya mengantarkan pada jurusan seni di kampus Kota Semarang.
Perempuan kelahiran Kabupaten Batang ini menyampaikan, jelang pungkas dari masa Sekolah Menengah Atas (SMA), ia memiliki rencana untuk masuk kuliah. Namun tidak tahu yang dituju, hilirnya terdampar di Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah.
“Mentok tidak tahu kemana, eh nemu jurusan Ilmu Seni dan Arsitektur Islam (ISAI) di Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo. Karena berprinsip hidup mengalir, ya sudahlah,” papar Lala. panggilan akrabnya, Selasa (22/8/23).
Meski mengalir, mahasiswi angkatan 2019 ini mengaku tidak mengalir-mengalir amat. Sebab, keberangkatannya di jurusan ISAI berdasarkan dari suka menggambar, apapun itu. Sederhananya, yang penting masuk jurusan seni.
Adapun, sewaktu memasuki bangku perkuliahan, dara kelahiran 4 Mei 2001 itu menemui beragam aral yang melintang, mulai dari akademik sampai organisasi. Bagi dia, apapun hambatannya tetap jalan mengalir sesuai alur kehidupan.
“Sebenarnya sudah bingung mau fokus kemana. Soalnya, dipikir-pikir usai menjadi ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) berat. Mau tidak mau, ya sudah, mengalir untuk keduanya, termasuk seni,” ujarnya.
Menginjak semester sembilan, baru kemudian Lala menyadari bahwa masuk di seni dan juga organisasi menuai banyak manfaat, termasuk meningkatkan kualitas diri sendiri. Menurutnya, ini perolehan atas prinsip hidup mengalir.
“Kita tidak tahu takdir ilahi akan mengantar kita mau kemana. Dilakukan saja. Mengalirlah. Sampai pada suatu titik, kita menyadari, ternyata ini yang aku peroleh, publik speaking, skill, softskill yang dipelajari di kelas, banyak deh,” terang pemilik akun Instagram @lala.auuu.
Usai dari kampus, pihaknya telah merencanakan dua opsi, yaitu meneruskan usaha orangtua atau menjadi seorang seniman (arsitek). Namun, ia tidak ambil pusing, yang penting hidup mengalir.
“Kalau bisa sih nanti cari kerja di luar dulu buat pengalaman, sambil ngelanjutin usaha orangtua. Kalau bisa dua, kenapa kok cuma satu, ya kan. Pokoknya, hidup itu mengalir, biarlah Tuhan yang menentukan,” pungkasnya. (cr2/gih)