Pati  

Dua Bulan Kekeringan, Warga Tanjungsekar Bergantung Bantuan Air Bersih

KONDISI: Salah satu Warga Tanjungsekar, Zaenuri yang terdampak Kekeringan sedang mengambil air bersih di dalam bak penampungan, belum lama ini. (LUTHFI MAJID/JOGLO JATENG)

PATI, Joglo Jateng – Musim kemarau mengakibatkan sejumlah wilayah di Kabupaten Pati mengalami kekeringan. Kondisi ini membuat sebagian masyarakat kesulitan mendapatkan air bersih.

Seperti yang dirasakan warga Dukuh Dayu, Desa Tunjungsekar, Kecamatan Pucakwangi. Warga di pedukuhan tersebut bergantung pada bantuan air bersih selama dua bulan terakhir ini.

Salah satu warga Dukuh Dayu, Zaenuri (63) mengungkapkan, dirinya bersama warga lainnya selama dua bulan ini hanya bisa menunggu bantuan air bersih datang. Air itu digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

“Kalau pagi dikasih bantuan, sore sudah habis karena banyak yang berminat. Jadi sumbangan dari pihak manapun diterima untuk digunakan konsumsi seperti masak. Soalnya kalau minumnya bisa pakai air galon,” katanya, belum lama ini.

Tak ada cara lain bagi warga Dukuh Dayu selain mengharapkan droping air para dermawan maupun instansi pemerintahan. Pasalnya, sebagaian besar sumur milik masyarakat di sana tidak bisa lagi mengeluarkan air di musim kemarau seperti sekarang ini.

“Semisal belum ada bantuan datang, warga terpaksa menggunakan air galon. Tapi itu kasihan ibu-ibu yang masak. Sedangkan air sumur tidak lagi keluar, kalaupun keluar airnya asin,” ungkap dia.

Sementara itu, Ketua Karang Taruna Tanjungsekar, Zainul Arifin mengatakan, selama kekeringan ini sudah ada bantuan air bersih dari beberapa pihak yang dikirim ke 4 titik penampungan bantuan air di desanya. Namun, bantuan tersebut dirasa belum mencukupi kebutuhan masyarakat di desa tersebut.

“Warga sudah mendapatkan bantuan air dari dinas maupun desa. Ada sejumlah titik untuk menampung bantuan air. Tapi bantuan air itu nggak setiap hari. Biasanya 2 sampai 3 hari sekali baru datang,” bebernya.

Selain mengandalkan bantuan itu, warga juga memanfaatkan air dari embung. Namun, air di tempat itu disebut tidak layak digunakan sebagai konsumsi karena kondisinya keruh.

Kondisi ini disebutnya telah berlangsung dari tahun ke tahun setiap musim kemarau. Sehingga diharapkan droping air untuk kebutuhan warga di desanya bisa tercukupi.

“Kalau musim hujan sumur warga di sini masih keluar buat kebutuhan sehari-hari. Tapi kalau kemarau panjang seperti ini memang membutuhkan bantuan,” imbuh dia.

Berdasarkan data bencana kekeringan dari Tim Assesment Banser Pucakwangi, terdapat ratusan kartu keluarga (KK) di 7 desa di Kecamatan Pucakwangi yang terdampak kekeringan. Yakni meliputi 230 KK di Desa Tanjungsekar, 150 KK di Desa Triguno, 50 KK di Desa Sitimulyo, 60 KK di Desa Karangwotan, 50 KK di Desa Mencon, dan 30 KK di Desa Jetak.

Dengan banyaknya warga yang terdampak kekeringan itu, Ketua Ansor Pucakwangi, Ahwan Ahadi berharap penyaluran bantuan air bersih bisa merata. Pihaknya juga siap membantu penyaluran bantuan agar tepat sasaran.

“Bagi donatur yang ingin memberikan bantuan air bisa update situasi untuk menghindari penumpukan bantuan. Untuk itu, bisa menghubungi Banser terdekat atau perangkat desa. Kami juga telah membuat publikasi,” ucap Ahwan. (lut/fat)