PAMERAN lukisan biasanya dilakukan oleh para pelukis terkenal, dengan notabene yang sudah mempunyai pengalaman mumpuni, terkhusus pameran tunggal. Siapa sangka, Samurai Rajendriya Jalu Al-Ghifari, bocah 10 tahun ini berhasil melakukan pameran tunggal karya seni lukis.
Pameran tunggal yang dilakukan Samurai Jalu, sapaan akrabnya, berlangsung sejak 19-31 Agustus ini, bertempat di Joning Art Space Jogja, Pandowoharjo, Kapanewon Sewon. Dengan menampilkan sebanyak 21 karya miliknya.
Kurator sekaligus Pendiri dan Pembina Sanggar DAUN, Arik S. Wartono mengatakan, 21 karya tersebut terdiri dari berbagai ukuran, mulai dari yang terbesar 140×140 centimeter dan terkecil berukuran 70×50 centimeter. Dengan menggunakan media cat akrilik di atas kanvas, dan satu karya berbahan cat serbuk emas logam mulia.
“Pameran tunggal ini yang pertama kali dilakukan oleh anak Sanggar DAUN. Bahkan, mungkin belum pernah ada di Indonesia pameran abstrak murni seperti ini dilakukan oleh anak yang masih duduk di bangku SD,” ungkapnya.
Selain itu, karyanya Jago yang bermedia cat air, akrilik dan pastel di atas kertas A3, merupakan sebuah goresan abstak-ekspresionis yang mirip figur ayam jago dalam kondisi siap bertarung. Melalui karyanya ini, pada 2016 lalu Jalu meraih juara internasional kompetisi melukis sejak usia 3 atau 4 tahun.
Arik juga mengungkap, Jalu pernah vakum melukis selama lima tahun dan di pertengahan 2022 mulai melukis kembali. Kemudian, di awal 2023 mulai mengembangkan kreativitasnya dengan lukisan abstrak murni.
“Karena masih usia 10 tahun, jadi masih miskin teknik, tapi gagasannya mulai kaya. Ia pernah vakum dan setelah lima tahun lalu mulai lagi. Mulai awal 2023 mulai masuk ke abstrak murni dan bebas melukis dengan nalurinya,” sambungnya.
Sedangkan, Samurai Jalu terlihat senang melihat karyanya bisa disaksikan oleh banyak orang. Selain itu, dirinya juga mengungkapkan perasaan senangnya bisa melukis dan melangsungkan pameran tunggal.
“Melukis itu seru dan bisa dipamerkan. Kalo bisa laku dijual juga senang. Bahagia bisa dilihat banyak orang melihat lukisan-lukisan ini,” ungkap bocah 10 tahun itu, dengan gestur malu-malu.
Sementara itu, ayah Jalu, Andi Rahman mengungkapkan, kebiasaan anaknya yang senang mencoret di tembok. Bahkan, membiarkan sang buah hatinya itu menuangkan kreatifitas tanpa harus melarangnya.
“Dia saya biarkan menggambar di tembok, setelah penuh saya hapus. Lalu suatu ketika lihat bagus, keren, setelah itu saya biarkan saja menggambar di tembok ruang tamu,” ceritanya sambil berseloroh.
Pada usianya yang masih sangat belia, Samurai Jalu masih punya banyak waktu dan peluang untuk mengembangkan kreativitasnya. Mungkin, bisa menjadi pelukis terkenal di Indonesia bahkan di kancah internasional.
Senada, ibu Jalu menerangkan, jika anaknya mempunyai kebiasaan sering coret-coret di sembarang tempat, diantara pada sprai, baju, bahkan di tembok. “Setelah kami lihat Jalu merasa senang, akhirnya kami bolehkan. Dan berselang waktu kita salurkan di kertas, baru kemudian di kanvas,” paparnya.(cr13/sam)