Gelar Peringatan 11 Tahun Keistimewaan Yogyakarta

Kepala Kundha Kabudayan Kota Yogyakarta, Yetti Martanti
Kepala Kundha Kabudayan Kota Yogyakarta, Yetti Martanti. (HUMAS/JOGLO JOGJA)

KOTA, Joglo Jogja – Pada Kamis (31/7) hari ini masyarakat Kota Yogyakarta memperingati 11 tahun Keistimewaan Yogyakarta yang dianugrahkan oleh Pemerintah Indonesia lewat UU No. 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan DIY. Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta mengajak 14 kemantren di wilayahnya untuk turut serta berpartisipasi menampilkan potensi melalui perayaan ini.

Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota Yogyakarta Yetti Martanti mengungkapkan, tahun ini 14 kemantren se-Kota Yogyakarta mendapat anggaran Rp 100 juta dari Bantuan Keuangan Khusus (BKK) Dana Keistimewaan. Diperuntukan untuk menampilkan potensi terbaik dengan metode penggalian living museum bertajuk Babad Siti Kemantren.

Ia menjelaskan, dalam menggelar kegiatan ini, pihaknya akan menggandeng mahasiswa Ilmu Sejarah UGM dan Tata Kelola Seni Yogyakarta. Keduanya turut serta mendampingi 14 kemantren untuk menggali dan menyajikan potensi wilayah dalam sajian living museum.

“Keterlibatan dua kampus besar UGM dan ISI Yogyakarta dalam kegiatan ini merupakan usaha Pemerintah Kota Yogyakarta untuk mewujudkan percepatan Pembangunan Kota Yogyakarta.  Yang mengusung konsep Temoto Temonjo Kroso dengan memaksimalkan sinergi 5 K. Yaitu korporasi, komunitas, kampus, kampung, dan kota,” ungkapnya, Rabu (30/8/23).

Baca juga:  Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta Gelar Pawiyatan Askara dan Sesorah di 10 Kampung

Implementasi dari Temoto Temonjo dalam perayaan keistimewaan Yogyakarta ditujukkan agar wilayah dapat menggaet kampus untuk membantu pembuatan master plan lewat program pengabdian yang dimiliki komunitas maupun kampus. Selain melibatkan mahasiswa, Dinas Kebudayaan juga menunjuk tiga tenaga ahli dari latar belakang akademisi, praktisi, dan budayawan untuk mendampingi 14 kemantren dalam proses mewujukan pameran living museum di wilayahnya.

Rangkaian persiapan perayaan Keistimewaan Yogyakarta ini sudah dimulai sejak bulan Mei, diawali dengan focus group discussion (FGD) yang dihadiri oleh perwakilan kemantren. Kemudian dilanjutkan workshop yang dilaksanakan pada Juli untuk memberikan bekal kepada tim kemantren dalam proses penyajian pameran ini.

Baca juga:  Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta Gelar Pawiyatan Askara dan Sesorah di 10 Kampung

Sementara itu, salah satu tenaga ahli Sri Margana menyatakan, melalui proses penggalian potensi yang dilakukan oleh kemantren diharapkan dapat ditemukan keunikan masing-masing wilayah. Lalu nantinya dapat dimonumenkan tidak hanya dalam bentuk banguna, melainkan dalam bentuk karya seni.

“Perayaan peringatan Keistimewaan Yogyakarta akan dimulai pada tanggal 26 Agustus hingga 2 September 2023 di 14 kemantren. Selain pameran Babad Siti Kemantren, diselenggarakan pula beberapa aktivitas pendukung untuk menyemarakaan peringatan keistimewaan ini. Baik pagelaran kesenian, heritage tour, workshop, kirab budaya, dan berbagai lomba,” jelasnnya.

Baca juga:  Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta Gelar Pawiyatan Askara dan Sesorah di 10 Kampung

Untuk memberikan apresiasi kepada 14 kemantren di Kota Yogyakarta, Dinas Kebudayaan sudah menyiapkan beberapa hadiah kepada kemantren yang dapat menampilkan pameran dengan apik. Adapun nominal hadiah yang disiapkan berjumlah Rp 67,5 juta.

Pemberian hadiah ini diharapkan dapat memotivasi kemantren untuk semaksimal mungkin menggali dan menampilkan potensi wilayahnya. Sehingga tercermin keunikan yang menjadi simbol keistimewaan Yogyakarta.

“Kegiatan ini diharapkan dapat memantik kecenderungan masyarakat menyelenggarakan event-event yang sifatnya bukan gelaran dan hanya berlangsung sementara. Namun diharapkan masyarakat dapat memanfaatkan ruang di kemantren yang sifatnya sustainable dan monumental sebagai sebuah identitas keistimewaan,” pungkasnya. (riz/mg4)