BANTUL, Joglo Jogja – Mahasiswa KKN-T Kelompok III Magelang Universitas Alma Ata (UAA) Yogyakarta, merencanakan suatu pendekatan interaktif yang menjadi solusi untuk mengatasi beberapa permasalahan pelaku UMKM. Dengan melakukan sosialisasi metode workshop mengenai manajemen SDM, literasi keuangan dan model bisnis syariah melalui digital.
Sosialisasi ini dilaksanakan pada Jumat (25/8) lalu, bertempat di Gedung Serbaguna Balai Desa Bulurejo, Kecamatan Mertoyudan, Magelang. Dengan tujuan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. Seperti menyampaikan beberapa poin pokok utama materi.
Kepala Desa Bulurejo menyebutkan, kegiatan ini sangat luar biasa, lantaran memberikan pencerahan masyarakat dalam penggunaan handphone yang tidak hanya untuk hal-hal yang konsumtif. Contohnya dalam menggunakan Facebook Marketplace.
“Harapannya teman-teman KKN tidak hanya berhenti sampai di sosialisasi saja, namun juga mendampingi UMKM. Yakni untuk pemasaran digitalnya,” paparnya.
Sementara itu, narasumber dalam gelaran tersebut, Asri Dwi Ariyani menjelaskan, prinsip-prinsip keuangan syariah dapat memotivasi pengembangan produk dan layanan keuangan yang lebih inklusif dan adil. Seperti pembiayaan mikro berbasis syariah dan instrumen investasi yang memperhatikan etika bisnis menjadi sorotan.
“Model bisnis syariah menekankan pada tanggung jawab sosial dan lingkungan. Selain itu, juga membahas bagaimana teknologi dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan produk dan layanan yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Contohnya platform keuangan digital yang mengutamakan transparansi dan pengelolaan baik,” tuturnya.
Kemudian, narasumber kedua, Deden Hardan Gutama menjelaskan, teknologi digital berperan dalam memajukan ekonomi masyarakat dan model bisnis syariah. Melalui inovasi digital, peserta dapat belajar tentang potensi teknologi finasial, penggunaan platfrom digital terutama facebook marketplace, shopee, tokopedia dan platform-platform lainnya.
“Karena dapat mendukung pertumbuhan bisnis. Serta meningkatkan aksesbilitas dan mengurangi biaya transaksi,” terangnya.
Terpisah, Pengelola Bank Sampah Dusun Karet, Maryanto mengungkapkan, kegiatan ini mampu menambah wawasan dan ekonomi semakin maju. Serta, pemasaran semakin luas, sehingga omset semakin meningkat. “Harapannya bisnis itu tidak hanya dirasakan oleh pelaku, namun masyarakat juga. Contohnya menjadikan getuk sebagai icon dan kegiatan misalnya pasar getuk yang dilakukan secara continue,” katanya.
Sedangkan, Ketua panitia acara tersebut Muhammad Musleh menyampaikan, pihaknya melakukan manajemen SDM, literasi keuangan dan model penggunaan media digital. Untuk memasarkan dan menjual produk, serta tata cara penggunaan Facebook Marketplace dan Shopee.
“Melihat potensi UMKM di Desa Bulurejo, khususnya di Dusun Karet yang notabene nya adalah sentral produksi getuk, perlu dan sudah saatnya memasuki dunia digital dan meningkatkan potensi SDM. Harapannya, nanti bisa melahirkan bisnis-bisnis lainnya yang berbasis syariah,” ujarnya.
Adapun tujuannya sendiri, untuk memberikan pengetahuan dasar tentang literasi keuangan dan pembukuan kepada masyarakat. Sehingga, mereka dapat mengelola keuangan pribadi atau usaha dengan lebih baik.
“Materi yang disajikan dalam workshop ini mencakup berbagai aspek penting, seperti pengenalan konsep pengelolaan pendapatan dan pengeluaran, investasi yang cerdas, penggunaan alat pembukuan yang efektif, dan penerapan praktik keuangan yang bertanggung jawab,” ucapnya.
Kegiatan KKN-T Kelompok III di Desa Bulurejo, Kecamatan Mertoyudan, Magelang ini dibawah Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) Imram Radne Rimba Putri. Dengan anggota jumlah 12 mahasiswa diantaranya Wira Tama Wijaya, Muhammad Musleh, Shaifullah M. Sirojuddin, Donni Hermawan, dan Nofita Sari. Kemudian, Ita Puspita, Iis Mu’minati, Ika Mentari, Ayu Kurniawati Utami, Trisia Osama Putri, Widya Santy Ramayani, dan Nova Kurnia Rakhma.
Diketahui, Kabupaten Magelang merupakan sebuah daerah yang kaya akan keindahan alam dan budaya, salah satunya permata tersembunyi yang ada di wilayah Desa Bulurejo. Yang memiliki daya tarik cukup istimewa, terutama dengan keberadaan Dusun Karet sentra terkenal bagi produk tradisional khas daerah tersebut, yaitu getuk.
Desa ini merupakan contoh sempurna bagaimana warisan budaya lokal dapat hidup dan berkembang melalui industri kreatif. Dusun Karet sebagai sentra getuk tidak hanya menghasilkan camilan lezat, tetapi menjadi penjaga nilai-nilai tradisional dan identitas lokal.
Kendati demikian, ada beberapa aspek yang belum bisa dijangkau oleh masyarakat untuk meningkatkan dan memajukan UMKM setempat. Mulai dari aspek manajemen SDM, pengelolaan keuangan dan digitalisasi bisnisnya. Permasalahan umum yang dihadapi pelaku usaha sangat minimnya penggunaan teknologi untuk memasarkan dan menjual produk UMKM.(sam)