JIKA biasanya kafe hanya menyajikan beraneka ragam kopi dan makanan ringan, di Mukti Cafe disediakan pula puluhan jenis tembakau dari berbagai daerah. Seperti dari Temanggung, Boyolali, Karangawen, Klaten, Sumedang, Madura, Bojonegoro, Salatiga, Lombok, Sulawesi, dan masih banyak lagi.
Berlokasi di Jalan K.H. Wahid Hasyim, Kelurahan Kranggan, Kota Semarang, sebelum sampai di cafe tersebut pengunjung disambut aksesoris khas Tionghoa. Hal itu karena jarak antara cafe dan gerbang masuk kawasan Pecinan tidak jauh, yaitu sekitar 10 meter. Di dalam café terlihat puluhan toples tembakau, figura foto dan koran yang tertata rapi.
Mukti Cafe mulai berdiri sejak tahun 1895 milik keluarga Kusuma Atmaja Agung. Sebelum disebut cafe, dulunya merupakan bekas gudang tembakau yang sangat terkenal pada masanya.
Pengelola Mukti Cafe, Radika mengatakan, gedung tersebut telah dimanfaatkan untuk mengembangkan sejumlah bidang. Salah satunya, sebagai distributor tembakau. Kemudian pada 2013 diubah menjadi cafe dengan konsep tobbaco-caffe.
“Sampai sekarang masih supply tembakau dari berbagai daerah. Alasan bikin coffe shop, misal hanya menyajikan tembakau, ya yang datang hanya orang-orang yang merokok. Maka, adanya coffe shop, orang juga bisa sambil menikmati kopi,” tutur Radika.
Sebagai informasi, Mukti Cafe memiliki dua lantai. Lantai pertama dimanfaatkan untuk menyajikan beragam tembakau yang kerap disebut Mukti Tobbaco Store. Sedangkan, untuk lantai dua merupakan cafe yang menyediakan berbagai macam kopi untuk bersantai.
Adapun hal yang membuat Mukti Cafe mempertahankan usaha distribusinya di bidang tembakau, yakni mengenalkan tembakau kepada masyarakat yang berkunjung ke Mukti Cafe.
“Tembakau itu banyak jenisnya, cara menikmati tembakau di Indonesia juga banyak. Di sini itu tempat untuk tamu mengenal tembakau. Bahwa tembakau itu tidak hanya rokok,” jelasnya.
Tembakau juga dapat diolah menjadi bebetapa kemasan produk. Di antaranya, linting, cerutu, pipa, klobot, ataupun kretek.
“Kita ada tiga jenis tembakau. Yaitu tembakau single, classic blend, dan flavour blend. Kalau tembakau single itu punya 8 rasa, seperti tembakau Mranggen, Weleri, Temanggung, dan masih banyak lagi. Sedangkan classic blend memiliki 6 ragam, dan flavour blend terdiri 8 rasa seperti strawberry, cherry, mint, dan masih banyak lainnya,” ungkapnya.
Mayoritas penikmat tembakau, kata Raditya, lebih suka jenis Deluxe, Temanggung, dan jenis cerutu. Harga kisaran untuk tembakau sendiri sangat variatif. Mulai dari Rp 50 Ribu hingga Rp 150.000 per ons, sesuai dengan jenis dan kualitas tembakau.
“Beda lagi kalau jenis cerutu. Cerutu itu tembakau yang dibungkus daun tembakau. Satu kotak Rp 200.000, isinya ada empat batang. Selain itu, kita juga dikunjungi seniman dan tokoh-tokoh hebat dari Indonesia maupun luar negeri,” pungkasnya. (cr7/gih)