YOGYKARATA, Joglo Jogja – Sebanyak 1.700 penari line dance dari berbagai daerah berpartisipasi dalam pemecahan rekor MURI di Teras Malioboro 1, belum lama ini. Kegiatan bertajuk SiBakul Malioboro Menari ini digelar dalam rangka mendukung Yogyakarta menuju daerah warisan dunia.
Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah DIY Srie Nurkyatsiwi menungkapkan, kegiatan ini mendapatkan fasilitasi dari Dana Keistimewaan (Danais) 2023. Pesertanya berjumlah kurang lebih 1.700 orang. Mereka berasal dari komunitas Universal Line Dance (ULD) Indonesia, masyarakat Kabupaten/Kota di DIY, aparatur sipil negara (ASN), serta para pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
“Ini tidak sekedar mengumpulkan para pegiat line dance di seluruh Indonesia untuk berkreasi. Melainkan juga menumbuhkan ketahanan ekonomi pelaku UMKM. Khususnya para pelaku UMKM di teras Malioboro 1 dan juga seluruh pelaku ekonomi di sepanjang sumbu filosofi ini,” ungkapnya.
Dalam gelaran ini, para penari mengenakan busana tradisional nusantara dan syal motif batik. Syal itu merupakan produk UMKM binaan SiBakul dan tersedia di Teras Malioboro 1.
Sementara itu, Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) DIY, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas mengatkan, Kemeriahan SiBakul Malioboro Menari 2023 tidak hanya sebagai hiburan atau menorehkan prestasi semata. Akan tetapi juga untuk memberikan kesempatan bagi para pelaku UMKM agar bisa memasarkan produknya dengan cara yang berbeda.
“Ini adalah salah satunya yang bisa kita lakukan untuk memasarkan produk-produk yang ada di DIY. Dalam peningkatan ekonomi DIY kita memang harus bekerja sama. Dengan hadirnya acara ini bisa turut memeriahkan pemasaran produk UMKM,” jelasnya.
Di sisi lain, Sekretaris Daerah DIY Beny Suharsono mengungkapkan, kreativitas dalam pengembangan dan pemasaran produk merupakan salah satu kunci sukses bagi para pelaku UMKM. Di sisi lain, seni termasuk tarian adalah salah satu wujud kreativitas manusia.
“Dan sama halnya dengan wujud kreativitas seni lainnya, eksistensinya perlu dijaga dan dikembangkan agar terus relevan. Antara lain melalui upaya-upaya promotif yang formatnya kurang lebih serupa dengan promosi-promosi demi kepentingan ekonomi,” pungkasnya.
Beny menambahkan, festival ini sesungguhnya adalah upaya ‘sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui’. Karena ini merupakan momen langka, dimana ekonomi bisnis dan seni secara formal diberi panggung yang sama. Yakni untuk berpijak sama tinggi, saling sokong, didasari semangat kreativitas demi mencapai manfaat dan kebaikan bagi semua. (riz/mg4)