MEDIA alternatif healing untuk meredakan stres beraneka ragam. Salah satu cara yang dilakukan Riska Farasonalia adalah dengan seni berkolase, atau teknik seni dengan menempelkan berbagai macam unsur ke dalam satu frame, sehingga menghasilkan karya seni baru.
Hal itu sering Riska sejak tahun 2010. Awal mula dirinya memilih berkolase lantaran ingin melakukan terapi mandiri di tengah hiruk pikuknya menjalani pekerjaan, serta aktivitas sehari-hari.
“Waktu itu sering stres, burn out, anxiety, cemas, panik. Nah dari situ aku nemuin kolase untuk meredakan stresku. Kolaseku secara pribadi sih lebih ke spiritual pokoknya yang aku jalanin aku tuangkan ke kolase,” ucapnya saat ditemui Joglo Jateng, belum lama ini.
Ia menjelaskan, kolase memiliki teknik menggunting-tempel dari berbagai jenis kertas. Mulai dari halaman majalah bekas, daun-daun kering, dan kertas yang tidak terpakai yang disusun seperti layaknya puzzle.
“Lalu disusun keping demi keping yang membentuk satu kesatuan keindahan material. Setelah kolase itu sudah jadi aku merasa plong (lega) bisa membebaskan perasaan anxiety cemas itu, yang aku tuangin di dalam 1 karya cerita itu,” jelasnya.
Lebih lanjut, tema- tema kolase yang sudah dibuat Rizka di antaranya, isu-isu sosial, lingkungan, perempuan, dan personal. Kolase juga bisa sebagai media bersuara, misalnya terkait kritikan atas kejadian tertentu.
“Dulu pernah bikin poster bikin demo dipake oleh seniman- seniman juga untuk mengkritik isu yang terjadi,” bebernya.
Ia menambahkan, sudah ada kurang lebih 90 karyanya yang sudah dibuat. Baik yang sudah dipajang di event pameran, maupun dipamerkan di majalah yang bekerja sama dengan brand ternama, sperti Louise Vuitton (LV)
“Gak nyangka dan lebih ke kaget awalnya itu dikontak orang Clara Magazine mau minta tolong untuk project mereka denhan LV. Nah ternyata mereka order untuk 4 kolase seukuran folio gitu dengan judul phsyco dynaic. Terus aku mikir gimana caranya biar tas brand mereka itu aku kolasein,” terangnya.
Selama pengerjaan kolase itu, dirinya berusaha untuk berkreasi seunik mungkin. Dengan cara menggabungkan gambar produk Louis Vuitton yaitu tas dan koper yang baru rilis waktu itu.
“Kan dominannya itu warna coklat, kebetulan produk itu ngeluarin yang ada motif tempelan jahit, yaudah jadi sekalian temanya kolase aja. Kebetulan edisi majalahnya temanya itu alter-ego. Waktu itu karyanya kuberi nama sofi, karena itu karakter yang bertolak belakang sama aku. Makanya aku seneng karena temanya juga cocok sama aku,” paparnya.
Selain itu, di tahun 2016 dirinya juga pernah berkolaborasi membuat kolase zine bersama kawannya dengan tema personal. Tak lama kemudian, dirinya juga pernah menjadi pemateri soal kolase di berbagai macam tempat, dari pameran, komunitas, perguruan tinggi, hingga rumah difabel.
“Terakhir, pameran kolase di Kota Lama. Temannya tentang bagaimana mencintai diri dan menerima diri, dari sisi gelap maupun terang,” ujarnya.
Menurutnya, seni berkolase itu memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan mental manusia. Dengan berkolase, dirinya dapat meredakan stres, meluapkan uneg-uneg yang tidak bisa ia ungkapkan. (cr7/gih)