STRES bisa datang kapan saja dan di mana saja. Namun, terdapat beragam langkah dalam mengatasi stres, salah satunya dengan menonton film.
Hal itu disampaikan mahasiswa Universitas Islam Nahdlatul Ulama (Unisnu) Jepara, Nadia Putri Wulandari. Beberapa kali ia mengalami stres, dan film bergenre misteri dan romantis dipercaya jadi obat mujarab.
Sewaktu di kampus, tidak jarang dosen dengan entengnya sodorkan seabrek tugas. Bahkan, pemberian tugas dengan deadline berhimpitan, hanya H – 2. Alhasil, stres menghampiri mengetuk pikirannya.
“Bisa dikatakan, seabrek tugas dapat datang tiga kali dalam seminggu. Bagaimana tidak stress, sementara saya juga aktif di organisasi,” papar Nadia, sapaan akrabnya, kepada Joglo Jateng, Selasa (5/9/23).
Ketika dalam kondisi tersebut, kader aktif Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Jepara ini, mengobati stresnya dengan menonton film. Tapi digaris bawahi, baru nonton usai tugas kelar, jika tidak, tugas malah mengakar.
Film seperti Enola Holmes, Knives Out, Spotlight, Notting Hill, S. I Love You, Paper Town, Before Trilogy khatam olehnya. Terpenting, yang bergenre misteri atau romantis, entah Indonesia, Barat atau Timur, ia tidak mempermasalahkannya.
“Sudah berpuluh-puluh film yang khatam. Ceritanya menarik. Hal ini bisa pikiran fresh. Menurutku, healing adalah dengan nonton film. Tapi, harus dilakukan setelah tugas rampung, bukan sebaliknya,” terang pemudi asli Jepara itu.
Dara kelahiran 8 Februari 2004 ini berpesan, meski nonton film merupakan healing, sebagai mahasiswa jangan sampai melupakan kewajiban belajar dan melebarkan sayap berupa penempaan skill dan relasi.
“Sebagai aktivis, marhaenisme selalu tertoreh di jiwa. Semangat perjuangan sang patriot jadi khidmat dalam berorganisasi. Healing itu tentu, tapi belajar itu harus. Jangan ditinggalkan atau berat sebelah -psikis dan intelektual seimbang,” pungkas pemilik akun Instagram @nanad567_8 itu. (cr2/gih)