Pati  

Kacang Hijau dan Kedelai Diminati Petani

MEMANEN: Salah satu petani di Kecamatan Gabus sedang membersihkan kacang hijau hasil panennya, belum lama ini. (LUTHFI MAJID/JOGLO JATENG)

PATI, Joglo Jateng – Sebagaian besar petani di Kabupaten Pati telah beralih menanam palawija saat musim kemarau ini. Di antaranya memilih menanam kedelai dan kacang hijau. Kedua tananam tersebut dinilai efektif saat kondisi cuaca panas seperti saat ini.

Pada Agustus 2023, produksi kedelai di Pati disebut mencapai 2 ton per hektare. Dengan luas tanam sekitar 1.300 hektare. Di antaranya yang berada di wilayah Pati Selatan seperti di Kecamatan Kayen dan Gabus.

Sedangkan produksi kacang hijau pada MT 3 ini disebut mencapai sekitar 1,2 ton per hektare. Dengan luas tanamnya yang disebut lebih banyak dari pada komoditas kedelai.

Dicontohkan seperti produksi kacang tanah pada 2018 lalu yang mencapai 12 ribu hektar. Yakni di antaranya lahan persawahan di Kecamatan Gabus, Winong, Jakenan, Pati, dan Tambakromo yang merupakan kawasan tadah hujan.

Kepala Dispertan Pati Nikentri Meiningrum mengatakan bahwa banyak petani yang beralih menanam kedua komuditas tersebut. Selain faktor kurangnya pasokan air untuk padi, kenaikan harga tananam palawija itu juga menjadi alasan para petani.

“Kalau di musim-musim seperti ini, khususnya yang airnya tidak mencukupi, biasanya petani memang beralih ke kacang hijau, ada juga kedelai. Apalagi harganya bagus seperti kacang hijau sekitar Rp 18 ribu per kilogram. Sedangkan kedelai bisa Rp 12 ribu per kilogram,” ungkap dia, belum lama ini.

Sementara tanaman palawija lainnya seperti kacang tanah belum diminati oleh para petani di daerahnya. Yakni baru sebagai lahan pertanian yang berada di wilayah Pati Utara. Seperti Gunungwungkal, Dukuhseti, Tayu yang relatif pasokan airnya lebih banyak.

“Kacang tanah kita memang relatif kurang antusias petani. Walaupun kita banyak industri terkait kacang. Masih kurang dari seribu hektare. Itupun mengalami penurunan terus, disamping karena masalah produksi, harganya juga naik turun. Petani pasti memilih yang harganya bagus. Seperti semangka,” sebutnya. (lut/fat)