Oleh: Nur Widayanti, S.Pd.
Guru Ekonomi SMA N 1 Mijen
PEMBELAJARAN merupakan upaya guru untuk mengarahkan peserta didik dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan belajar seperti yang diharapkan. Proses pembelajaran harus dirancang secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif. Selain itu pembelajaran juga harus memberi ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan minat, bakat, dan perkembangan fisik maupun psikologis peserta didik.
Dalam merancang proses pembelajaran, guru harus memperhatikan perbedaan individu siswa. Hal ini dikarenakan setiap peserta didik merupakan individu yang mempunyai keunikan masing-masing.
Dengan pertimbangan di atas, menurut hemat penulis, metode Genius Learning sangat cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran ekonomi. Khususnya pada materi Manajemen di SMA.
Model pembelajaran ini menempatkan peserta didik sebagai pusat dari proses pembelajaran. Artinya peserta didik sebagai subyek, bukan obyek pembelajaran. Selama ini yang terjadi penempatan posisi peserta didik tidak benar yaitu sebagai obyek pembelajaran.
Metode Genius Learning ini mengakomodasi gaya belajar visual, auditori dan kinestetis. Untuk gaya belajar visual, peserta didik bisa diberi lembar kerja siswa (LKS). Untuk gaya kinestatis, siswa diberi artikel tentang manajemen yang sudah disiapkan oleh guru kemudian peserta didik menulis isi dari artikel tersebut. Untuk gaya auditori peserta didik melakukan diskusi dengan teman sekelompoknya.
Pada bagian awal pembelajaran, guru menekankan pentingnya manajemen dalam aspek ekonomi sehari-hari. Dalam suatu organisasi ekonomi atau perusahaan, aspek manajemen sangat dibutuhkan untuk memimpin, mengatur, dan menggerakkan sumber daya manusia agar dapat mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu adanya unsur-unsur. Di antaranya, manusia, uang, bahan, mesin, dan metode.
Langkah selanjutnya yang merupakan bagian inti pembelajaran. Guru mengelompokkan peserta didik sesuai dengan hobinya masing-masing. Setiap kelompok mempelajari materi sesuai yang sudah dirancang dan guru bertindak sebagai fasilitator.
Sebagai contoh kelompok peserta didik yang hobi berolahraga diminta bermain peran atau melakukan demonstrasi. Peran/demonstrasi yang harus dimainkan meliputi praktik langsung, membuat teks, dan mengerti jawabannya bagaimana memimpin organisasi atau perusahaan. Kemudian menggerakkan sumber daya manusia untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan dengan menerapkan unsur-unsur manajemen.
Peserta didik yang senang/hobi melihat video diminta untuk melihat video yang sudah disiapkan guru. Video ini berisi gambaran cara memimpin suatu perusahaan yang baik agar tujuannya tercapai. Yaitu mencari keuntungan yang sebesar-besarnya dengan biaya produksi yang rendah.
Peserta didik seperti ini mengandalkan penglihatan sebagai penerima informasi dan pengetahuan. Peserta didik yang memiliki gaya belajar seperti ini akan mudah menerima gagasan, konsep, data, dan informasi yang dikemas dalam bentuk gambar. Selain itu juga lebih mengedepankan alat indra mata untuk menangkap informasi yang disajikan.
Pada akhir pembelajaran, peserta didik diajak untuk merefleksikan hasil pembelajaran. Caranya guru meminta salah satu perwakilan dari masing-masing kelompok untuk menyampaikan apa saja yang telah dipelajari. Lalu tingkat kesulitan pelajaran, dan perasaan peserta didik terhadap materi yang dipelajari maupun proses pembelajarannya.
Setelah semua perwakilan kelompok melaksanakan refleksi, guru memberikan umpan balik. Hal-hal positif di-reward sedangkan hal-hal yang belum baik/berhasil menjadi penekanan catatan untuk perbaikan.
Model pembelajaran Genius Learning dikatakan berhasil terbukti adanya perubahan tingkah laku yang positif pada diri siswa. Yaitu kerja sama dalam kelompok, diskusi, atau musyarawarah dalam memecahkan masalah dan menghormati pendapat orang lain.
Keberhasilan dilihat dari pemahaman penguasaan materi dengan hasil ulangan harian. Jika keaktifan siswa dalam kegiatan diskusi mengalami peningkatan, maka akan semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran. (*)