BANTUL, Joglo Jogja – Mengajar mahasiswa difabel di lingkungan akademik adalah tantangan yang unik dan memerlukan pendekatan khusus. Tahun ini menjadi tahun pertama Akademi Komunitas Negeri (AKN) Seni dan Budaya Yogyakarta menerima mahasiswa difabel tuli, bernama Wahyu Rahmat Dullah atau akrab disapa Fai.
Salah satu dosen AKN, Yosef Adityanto Aji menyampaikan pengalamannya ketika mengajar Fai, menurutnya sebagai sesuatu yang menarik dan unik. Metode pengajaran yang biasa digunakan tidak selalu berlaku sepenuhnya.
“Jadi saya menggunakan metode khusus seperti pengulangan, pengimitasian gerakan, meningkatkan pengucapan bibir, dan mencatat materi melalui handphone. Meskipun ini pengalaman pertama mengajar mahasiswa difabel, saya tetap melihat dia mempunyai potensi sangat besar dalam seni tari,” ungkapnya.
Dirinya menambahkan, Fai memiliki kemauan kuat, potensi dan dedikasi tinggi terhadap seni tari. Pasalnya, telah berpartisipasi dalam berbagai acara seni seperti di Museum Sonobudoyo, Kraton, bahkan dalam Pekan Kesenian Bali 2023.
“Prestasinya dalam seni tari telah membuktikan bakat dan dedikasi bisa melebihi segala keterbatasan. Fai mempunyai potensi sangat besar dalam tarian. Hanya saja, kita sebagai pendidik harus menguasai teknik tertentu agar dapat mengembangkan bakatnya,” imbuhnya.
Sementara itu, Kasubag-TU AKN Seni dan Budaya Yogyakarta Rais Faisal Akhya mengatakan, pentingnya memberi hak yang sama untuk pendidikan kepada mahasiswa, tanpa memandang keterbatasan mereka.
“Sebagai pengalaman pertama dalam menerima mahasiswa difabel, kami terus belajar dan berkembang untuk memberikan pendidikan yang inklusif dan berkualitas bagi semua mahasiswa. Sesuai dengan prinsip, semua individu berhak mendapatkan pendidikan yang setara dan bermutu,” paparnya.
Sedangkan, Wahyu Rahmat Dullah atau Fai menyebutkan, sulit mengikuti tempo irama alunan musik. Serta, dalam menggunakan alat bantu dengar untuk mengikuti instruksi dan memahami ritme musik pengiring. Bahkan, sering merasa gerakannya masih kurang tepat dengan ritme musik.
“Namun, seiring berjalannya latihan dan ketekunannya, dia mulai merasakan getaran dan tempo musik secara lebih mendalam. Sehinnga, memungkinkannya untuk menyelaraskan gerakan tari dengan tepat,” ujarnya melalui humas yang menerjemahkan dalam bahasa isyarat.(cr11/sam)